Fakta tentang Sutami, Menteri Termiskin di Era Soeharto

ERA.id - Jabatan menteri identik dengan rumah dan mobil dinas sehingga mungkin hidupnya berkecukupan. Namun tahukah kamu ada menteri yang miskin? Ia adalah Ir. Sutami Menteri Pekerjaan Umum (PU) dari era Soekarno hingga Soeharto. 

Sutami hidup dengan sederhana, dalam beberapa catatan sejarah, ia disebut gemar berjalan kaki masuk ke desa-desa untuk melihat perkebangan sebuah proyek.

Sutami menjabat sebagai menteri selama 14 tahun, sejak tahun 1965 hingga 1978. Ada banyak proyek yang ia pantau, seperti Gedung DPR, Jembatan Semanggi dan Waduk Jatiluhur. Proyek besar bukan? Sutami pula yang memimpin proyek pembangunan Bandara Ngurah Rai.

Beberapa kesederhanaan Sutami dan keunikannya adalah, pertama, ia mencicil rumah saat menjabat menteri. Rumahnya di Jl Imam Bonjol, Jakarta Pusat, barulah lunas cicilannya saat Sutami akan pensiun.

Baca juga: 'Menyelami' Puisi Mahakarya Sapardi Djoko Damono

Sutami juga tidak merenovasi rumahnya sendiri. Padahal rumahnya sedikit rusak, seperti atap dan banyak bekas bocor pada langit-langit rumah. Rupanya sudah lama rumah Sutami bocor.

Kedua, Sutami tidak berlebihan memanfaatkan fasilitas negara. Saat lengser tahun 1978, ia mengembalikan semua fasilitas negara termasuk mobil dinasnya.

Baca juga: Tumbang Anoi dan Berhentinya Orang Dayak Berburu Kepala

Kemudian seorang pengusaha berniat memberinya mobil. Pengusaha itu tahu, mobil dinas Sutami dikembalikan. Dengan halus, Sutami menolak. Ia hanya meminta diberi sedikit diskon saja dari pengusaha itu.

Arsitek Friedrich Silaban (kiri) bersama Menteri Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik Ir Sutami, sedang mengamati bangunan Masjid Istiqlal. (Sindunata/KOMPAS)

Ketiga, ia punya julukan unik dari para wartawan. Ia dijuluki 'Menteri yang Tak Punya Udel', karena Sutami suka berjalan kaki. Bahkan saat meninjau ke daerah-daerah terpencil, Sutami kuat berjalan kaki puluhan kilometer selama berjam-jam. Kalau ada ojek, dia naik ojek. Kalau tidak ada, maka dia akan jalan kaki untuk langsung bertemu masyarakat kecil.

Baca juga: Sejarah Mencatat Ibadah Haji Pernah Beberapa Kali Batal Karena Wabah

Sutami gemar melihat sendiri manfaat dari pembangunan yang diusulnya atau permasalahan yang ada di daerah guna dicari penyelesaiannya. Sutami lebih suka terjun langsung.

Keempat, Sutami jadi menteri kesayangan dua rezim. Presiden Soekarno sering mengundang Sutami sarapan di istana. Keduanya sarapan ketela yang mengepul. Di masa Orde Baru, Presiden Soeharto kerap menjenguk Sutami saat sakit. Soeharto pula yang meminta Sutami mau berobat ke luar negeri.

Hal ini menunjukkan Sutami bekerja bukan untuk golongan tertentu. Bukan untuk satu presiden atau satu rezim saja. Sutami bekerja untuk bangsa dan rakyat Indonesia.

Baca juga: 100 Tahun ITB dan Lulusannya yang Menggemparkan Dunia

Kelima, Sutami meninggal dunia 13 November 1980 pada umur 52 tahun. Ia mengidap lever dan diduga akibat terlalu sibuk bekerja tanpa memikirkan kesehatannya sendiri.

Tanggal 16 Desember 1981, Presiden Soeharto meresmikan bendungan Karangkates. Soeharto membacakan pidato penghormatannya untuk Sutami. Dia pun memberi nama bendungan Karangkates sebagai nama bendungan Sutami.

"Jika berbicara mengenai proyek-proyek besar di zaman pembangunan ini, maka kita tidak dapat melupakan salah seorang tokoh yang saat ini sudah tidak bersama kita lagi. Yang saya maksudkan adalah Almarhum Sutami. Kita semua tahu, beliau itu, kita semua merasakan rintisan pembangunan proyek-proyek besar yang diilhami pikiran karya-karya Sutami. Beliau telah mematrikan namanya sebagai pejuang pembangunan yang besar.

Baca juga: Sejarah Taman Kanak-Kanak di Indonesia

Sutami saat meninjau sebuah proyek (Detik.com)

Bagi kita yang masih tinggal, tentunya ingin mengabadikan nama beliau itu. Salah satu proyek beliau pimpin pembangunannya adalah bendungan dan PLTA Karangkates. Beliau yang sejak semula selalu aktif memimpinnya ke lapangan, bahkan langsung terjun ke lapangan dan mengamati kemajuan pelaksanaan pembangunan bendungan yang besar itu.

Sebab itu, untuk menjadikan nama beliau, untuk menyatakan rasa terima kasih Bangsa Indonesia kepada salah satu putranya yang berjasa, maka pada kesempatan ini saya umumkan dan saya resmikan nama bagi bendungan dan PLTA Karangkates dengan nama bendungan dan PLTA Prof. Dr. Ir Sutami," ujar Soeharto.