Siapa Sebenarnya Jack the Ripper si Pembunuh Berantai dari London

| 29 Apr 2021 08:16
Siapa Sebenarnya Jack the Ripper si Pembunuh Berantai dari London
Ilustrasi (History)

ERA.id - Jack the Ripper adalah seorang pembunuh berantai asal London, Inggris dan kasusnya terjadi di akhir tahun 1800-an. Ia merupakan salah satu pelaku kriminal paling misterius dalam sejarah kejahatan di Inggris Raya.

Pembunuhan yang dilakukan oleh Jack the Ripper membuat gempar dan perpecahan di kalangan warga London. Warga miskin menghujat dan menyalahkan warga yang kaya. Sebaliknya, warga yang kaya juga menyalahkan warga miskin.

Asisten Kepala Polisi Sir Melville Macnaghten mendokumentasikan tersangka yang diinterogasi sebagai Ripper. Kosminski adalah salah satu dari tersangka ini dan digambarkan sebagai kelas rendah dengan kecenderungan membunuh dan kebencian terhadap wanita.

Polisi kemudian melaporkan pembunuhan besar-besaran Jack the Rippers dari tahun 1888 hingga 1891 dengan sebelas korban yang terdokumentasi, semuanya merupakan tunasusila di Whitechapal, London. Jumlah korbannya hingga hari ini dipertanyakan, mulai dari beberapa hingga ratusan.

Kepala Polisi Macnaghten menulis dalam catatannya "pembunuh Whitechapel memiliki lima korban dan hanya lima korban". Para korban ini sekarang disebut sebagai korban 'Lima Kanonik' atau 'lima pejabat' karena cara yang sama mereka dibunuh dan diubah.

Secara resmi, ada sedikitnya lima korban yang tercatat, seperti ditulis dalam laman Britannica. Mereka adalah Marry Nichols, Annie Chapman, Elizabeth Stride, Catherine Eddowes, dan Mary Jane Kelly.

Kelima korban yang tercatat tersebut adalah perempuan tunasusila yang berasal dari kawasan miskin dan kumuh. Pembunuhan yang dilakukan juga termasuk sadis. Karena selain memotong leher korban, perut korban juga dimutilasi. Kasus mutilasi ini memunculkan spekulasi bahwa pelaku adalah seseorang yang memiliki pengetahuan anatomi tubuh.

Meskipun ada beberapa korban yang tercatat secara resmi, pihak kepolisian dan publik pada umumnya percaya bahwa korban-korban pembunuhan lainnya juga sebagian besar dilakukan oleh pelaku yang sama, yakni Jack the Ripper.

Ada banyak kasus pembunuhan misterius di tahun-tahun berikutnya dan Jack the Ripper tetap menjadi tersangka utamanya.

Mary Jane Kelly adalah korban Ripper yang paling terkenal dan diselidiki. Kelly disebut sebagai PSK yang ngetop di London dan meninggal pada usia 25 tahun. Dia dilaporkan terlihat minum dengan wanita lain pada malam 9 November 1888 dan kemudian terlihat bersama seorang pria tak dikenal di rumahnya.

Tetangga Kelly mengatakan kepada polisi bahwa dia mendengar Kelly bernyanyi di kamarnya selama beberapa waktu malam itu. Seorang teman Kelly melaporkan bahwa dia dan Kelly bertemu di jalan keesokan harinya saat dia meminta uang.

Dia kemudian melanjutkan perjalanan dan didekati oleh seorang pria berpakaian bagus. Keduanya terlihat tertawa terbahak-bahak dan akhirnya memasuki rumah Kelly malam itu. Tetangga melaporkan mendengar namun mengabaikan tangisan keras pada pukul 4 pagi. Asisten pemilik menemukan dia dimutilasi di tempat tidurnya sendiri pagi itu. Ia menemukannya saat hendak menagih uang sewa yang masih tertunggak.

Titik terang identitas Jack The Ripper

Pada 2014 lalu, sebuah tes genetika yang dilakukan dengan peralatan canggih menyimpulkan bahwa Aaron Kosminski, seorang tukang cukur yang berasal dari Polandia, adalah pelaku tunggal dengan kepastian 99 persen.

Ada bukti DNA baru yang ditemukan oleh dua universitas Inggris tahun lalu yaitu Liverpool John Moores University dan University of Leeds.

Mereka menemukan pada selendang yang diawetkan yang ditinggalkan di tempat kejadian perkara pada tahun 1888. Selendang itu milik korban Ripper keempat, Catherine Eddowes.

Pada kain selendang milik Catherine terdapat sedikit noda darah dan bercak sperma pria. Tidak mudah menemukan hasil akurat karena kain tersebut sudah sangat kuno dan jejak-jejak forensik di dalamnya juga sangat kabur.

Selendang tersebut juga diduga dilepas dari barang bukti polisi dan diberikan kembali kepada keluarga korban.

Russell Edwards membeli selendang yang di lelang pada 2014 dan langsung memesan tes DNA. Meski hasilnya tampak samar namun tetap mengarah pada DNA yang disajikan dengan keturunan Kosminski dan Eddowes.

Ya, hasil tes tersebut mengarah pada DNA keturunan Aaron Kosminski yang masih hidup. Jejak sperma di selendang korban tersebut identik dengan keturunan Kosminski secara genetik. Dulunya, Aaron Kosminski memang pernah dimasukkan sebagai salah satu tersangka utama, namun polisi tidak menahannya karena tidak cukup bukti.

Namun, lagi-lagi, sampai saat ini kasus tersebut juga masih misterius. Ada ahli DNA lain berpendapat bahwa tes sperma dengan metode DNA mitokondria tidak akan menentukan siapa pelakunya karena pengujian tersebut justru akan bias dan membawa petunjuk pada ribuan laki-laki di London di sekitar tempat kejadian perkara.

Kosminski juga ternyata pernah dimasukkan ke rumah sakit jiwa karena menderita gangguan mental yang parah. Ia akhirnya meninggal pada 1919 di rumah sakit jiwa tersebut. Kosminski didiagnosis memiliki gangguan mental berupa penyiksaan diri yang terobsesi dengan gairah seksual menyimpang.

Kurangnya pendidikan tentang ilmu forensik membuat hasil penyelidikan polisi menjadi perdebatan. Peneliti bahkan tidak bisa membedakan antara darah manusia dan hewan.

Hingga kini identitas Jack The Ripper masih misterius

Rekomendasi