Mengenal Kapal Pinisi, Kapal Tradisional Suku Bugis dengan Desain Megah

| 11 May 2023 19:15
Mengenal Kapal Pinisi, Kapal Tradisional Suku Bugis dengan Desain Megah
Presiden Jokowi dan para pemimpin ASEAN di atas pinisi (situs resmi Kemenparekraf)

ERA.id - Di sela-sela KTT ASEAN, Rabu (10/5/02023), Presiden Jokowi mengajak para pemimpin negara ASEAN naik dan mengenal kapal pinisi. Jokowi mengajak para tamu menikmati kecantikan Labuan Bajo Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur (NTT).

Para pemimpin negara tersebut duduk melingkar di atas kursi yang telah ditata di geladak. Mereka berangkat dari dermaga sore hari menjelang terbenamnya matahari untuk menikmati sunset Labuan Bajo.

Mengenal Kapal Pinisi dan Sejarahnya

Berdasarkan KBBI, pinisi memiliki makna perahu layar tradisional Bugis Makassar, Sulawesi Selatan, mempunyai dua tiang utama dan tujuh buah layar (tiga di depan, dua di tengah, dan dua di belakang), digunakan untuk pengangkutan barang antarpulau.

Ya, ini merupakan kapal tradisional Sulsel legendaris yang digunakan masyarakat Suku Bugis untuk mengarungi lautan nusantara, bahkan hingga ke berbagai belahan dunia. Suku Bugis memang sejak dahulu terkenal sebagai suku yang andal dalam pelayaran.

Pinisi (pinisicoid)

Pinisi memang kapal tradisional, tetapi penampilannya megah. Hal tersebut tampak dari ciri khas pinisi berupa dua tiang utama yang dilengkapi tujuh layar. Tiga layar berada di bagian depan, dua di tengah, dan dua lagi di bagian belakang.

Dikutip Era.id dari situs web resmi Direktorat SMP Kemendikbudristek, putra mahkota Kerajaan Luwu pada abad ke-14 adalah pembuat kapal pinisi pertama. Dia bernama Sawerigading. Hal tersebut tertuang dalam naskah La Galigo.

Pada masa itu, Sawerigading membuat pinisi menggunakan pohon Welengreng (pohon dewata). Pohon memiliki karakteristik cukup kuat dan kokoh. Dia membuat kapal tersebut untuk melakukan perjalanan ke Tiongkok.

Tujuan dari pelayaran tersebut adalah mempersunting perempuan bernama We Cudai. Setelah tujuannya berhasil, Sawerigading menetap di wilayah tersebut selama beberapa waktu.

Ketika akan berlayar pulang, kapal yang ditumpangi Sawerigading diterjang badai besar sehingga pecah menjadi tiga bagian. Bagian-bagian tersebut terlempar ke wilayah Ara, Tanah Beru, dan Lemo-lemo di Kabupaten Bulukumba.

Masyarakat setempat kemudian merakit pecahan-pecahan kapal menjadi  sebuah kapal yang megah. Kapal tersebut kemudian dikenal sebagai pisini.

Mengenal Dua Karakteristik Pinisi

Berdasarkan jurnal berjudul Desain Kapal Wisata Jenis Pinisi Di Perairan Indonesia Timur, ada dua jenis pinisi yang dibedakan berasarkan karakteristiknya, tepatnya berdasarkan bentuk lambung kapal. Berikut adalah penjelasannya

1. Palari

Palari adalah bentuk awal dari kapal pinisi dengan lunas (balok panjang di dasar perahu) berukuran lebih lebar. Selain itu, kemudi berada di samping. Bentuk lambung kapal ini mirip lambung kapal padewakang yang digunakan oleh orang Sulawesi untuk mencari ikan.

2. Lambo atau lamba

Lambo merupakan pinisi modern yang bentuknya bertahan hingga sekarang. Lambung kapal telah dilengkapi dengan motor diesel (KLM). Bentuk lambung lambo mulai digunakan tahun 1990-an, menyerap bentuk kapal-kapal Eropa. Kemudi kapal berada di tengah sehingga lebih mudah digunakan untuk bermanuver.

Dilansir situs resmi Peta Budaya Kemendikbud, pinisi memiliki 6 bagian utama. Berikut adalah rinciannya.

·         Anjong (segitiga penyeimbang) di bagian depan kapal

·         Sombala (layar utama) berukuran besar 200 m

·         Tanpasere (layar kecil) berbentuk segitiga ada di masing-masing tiang utama

·         Cocoro Pantara (layar bantu depan)

·         Cocoro Tangnga (layar bantu tengah)

·         Tarengke (layar bantu di belakang)

Rekomendasi