ERA.id - Salah satu keunikan dari acara pernikahan di beberapa daerah di Jawa Tengah dan Jawa Timur adalah pembagian makanan dengan sistem piring terbang. Sebagian orang mengenal tradisi piring terbang hanya sebatas makanan yang diedarkan, tetapi sebenarnya ada urutan tertentu dalam pengedaran tersebut.
Mengenal Tradisi Piring Terbang di Masyarakat Jawa
1. Tradisi piring terbang
Tradisi pembagian makanan ini diberi nama piring terbang karena makanan tidak disajikan di atas meja prasmanan, tetapi langsung diantarkan oleh laden atau sinoman atau pramusaji kepada para tamu undangan.
Para sinoman membawa nampan yang berisi makanan atau minuman kemudian berkeliling di area duduk para tamu dan membagikannya kepada para tamu. Cara membawa nampan juga tidak boleh sembarangan—ada tata caranya.
Sinoman yang dibutuhkan untuk melakukan ini jumlahnya tidak sedikit karena harus segera mengantarkan berbagai menu kepada para tamu yang jumlahnya banyak. Para sinoman mengedarkan makanan dengan nampan berisi piring-piring yang posisinya lebih tinggi dari kepala para tamu yang duduk layaknya sedang terbang.
2. Sejarah tradisi piring terbang
Tradisi piring terbang berkembang di daerah Solo, Jawa Tengah. Dikutip Era.id dari situs web resmi Pemerintah Kota Surakarta, tradisi piring terbang telah ada sejak zaman Kerajaan Mataram. Awal kemunculan tradisi ini berasal dari kebiasaan masyarakat kecil.
Pada zaman dahulu, di sebuah acara terdapat banyak tamu undangan yang menyantap hidangan sambil berdiri. Demi menghargai dan menghormati para tamu serta agar para tamu tidak menyantap hidangan sambil berdiri, para tamu disilakan duduk di kursi dan makanannya diantarkan kepada mereka.
3. USDEK
Dalam tradisi piring terbang, terdapat beberapa jenis hidangan yang perlu diedarkan. Hidangan tersebut diberikan dengan urutan USDEK. Ini meruakan singkatan dari unjukan (minuman), sop, daharan (makanan utama), es, dan kondur (pulang).
Jadi, hidangan pertama yang disajikan adalah minuman, kemudian diberikan sop dan makanan utama, setelah itu diberikan es. Setelah semua diberikan, tamu undangan bisa pulang dari acara.
4. Tamu harus tepat waktu
Acara pernikahan dengan adat Jawa dilaksanakan dalam urutan tertentu, termasuk dalam penyajian makanannya. Oleh sebab itu, tamu undangan harus datang tepat waktu. Datang tepat waktu juga menjadi bentuk penghormatan kepada pemilik acara.