ERA.id - Nama Prof. DR. KH. Fahmi Basya dalam beberapa tahun belakangan selalu jadi perbincangan. Hal itu tak lain karena penelitiannya soal Candi Borobudur di Magelang, Jawa Tengah, yang disebut sebagai peninggalan Nabi Sulaiman.
Fahmi membantah bahwa Candi Borobudur merupakan peninggalan Dinasti Syailendra yang mulai dibangun pada tahun 750 Masehi, demikian dilasir paragram.id.
Barometer yang dipakai Fahmi bukanlah soal waktu berdirinya Candi Borobudur dan masa hidup Nabi Sulaiman, melainkan soal fakta relief yang ada di Borobudur. Sebab, jika relief diteliti, ternyata mengandung cerita, dan cerita itulah yang disandingkan dengan fakta referensi Al-Qur’an.
Di sekitar Candi Borobudur ada beberapa candi lainnya, yakni Candi Pawon dan Candi Mendut. Beberapa kilometer dari Candi Borobudur, ada Candi Prambanan, Candi Kalasan, Candi Sari, Candi Plaosan, dan lainnya.
Berikut bukti ilmiah Candi Borobudur peninggalan Nabi Sulaiman versi Prof. Fahmi:
1. Tertulis dalam Al-Qur'an
Ciri-ciri yang ada di Candi Borobudur dan daerah sekitarnya ternyata cocok menjadi bukti sebagai peninggalan Sulaiman, seperti diceritakan dalam Al-Qur’an. Di antaranya, mengenai hutan Saba atau negeri Saba, makna Saba, nama Sulaiman, buah maja yang pahit, dipindahkannya istana Ratu Saba ke wilayah kekuasaan Nabi Sulaiman, bangunan yang tidak terselesaikan oleh para jin, tempat berkumpulnya Ratu Saba, patung kematian Sulaiman, dan lainnya.
Relief-relief yang ada di Borobudur, merupakan simbol-simbol yang mirip dengan kisah Sulaiman dan Ratu Saba (Bilqis), sebagaimana keterangan Al-Qur'an.
Pertama, tentang tabut, yaitu sebuah kotak atau peti yang berisi warisan Nabi Daud AS kepada Sulaiman. Di dalamnya terdapat kitab Zabur, Taurat, dan Tongkat Musa, serta memberikan ketenangan.
Kisah itu ada pada relief di Borobudur. Tampak peti atau tabut itu dijaga oleh seseorang. Hal itu diceritakan dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 248. "Dan Nabi mereka mengatakan kepada mereka: ‘Sesungguhnya tanda ia akan menjadi raja, ialah kembalinya tabut kepadamu, di dalamnya terdapat ketenangan dari Tuhanmu dan sisa dari peninggalan keluarga Musa dan keluarga Harun; tabut itu dibawa malaikat. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda bagimu, jika kamu orang yang beriman’.” (QS Al-Baqarah [2]: 248).
- Pekerjaan jin yang tidak selesai ketika mengetahui Sulaiman telah wafat. (QS Saba [34]: 14). Saat mengetahui Sulaiman wafat, para jin pun menghentikan pekerjaannya. Di Borobudur, ada sebuah patung yang belum tuntas diselesaikan pengerjaan oleh jin, karena sudah tahu bahwa Sulaiman meninggal dunia dari tongkat yang dimakan rayap.
- Jin-jin diperintahkan membangun gedung yang tinggi dan membuat patung-patung. (QS Saba [34]: 13). Seperti diketahui, banyak patung Buddha yang ada di Borobudur. Sedangkan gedung atau bangunan yang tinggi itu adalah Candi Prambanan.
- Sulaiman berbicara dengan burung-burung dan hewan-hewan. (QS An-Naml [27]: 20-22). Di dalam relief Candi Borobudur juga ada sejumlah frame relief yang bermotifkan bunga dan burung. Terdapat pula sejumlah relief hewan lain, seperti gajah, kuda, babi, anjing, monyet, dan lainnya.
- Kisah Ratu Saba dan rakyatnya yang menyembah matahari dan bersujud kepada sesama manusia. (QS An-Naml [27]: 22). Saba artinya berkumpul atau tempat berkumpul. Ungkapan burung Hud-hud tentang Saba, karena burung tidak mengetahui nama daerah itu. Tempat berkumpulnya manusia itu adalah Candi Ratu Boko yang terletak sekitar 36 kilometer dari Borobudur. Jarak ini juga memungkinkan burung menempuh perjalanan dalam sekali terbang.
2. Negeri Saba ada di Indonesia
- Saba ada di Indonesia, yakni Wonosobo. Dalam Alquran, wilayah Saba ditumbuhi pohon yang sangat banyak. (QS Saba [34]: 15). Dalam kamus bahasa Jawi Kuno, yang disusun oleh Dr Maharsi, kata ‘Wana’ bermakna hutan. Wana Saba atau Wonosobo adalah Hutan Saba.
- Buah ‘maja’ yang pahit. Ketika banjir besar (Sail al-Arim) menimpa wilayah Saba, pepohonan yang ada di sekitarnya menjadi pahit sebagai azab Allah kepada orang-orang yang mendustakan ayat-ayat-Nya. “Tetapi, mereka berpaling maka Kami datangkan kepada mereka banjir yang besar dan Kami ganti kedua kebun mereka dengan dua kebun yang ditumbuhi (pohon-pohon) yang berbuah pahit, pohon Atsl dan sedikit dari pohon Sidr.” (QS Saba [34]: 16).
- Nama Sulaiman menunjukkan sebagai nama orang Jawa. Awalan kata ‘su’merupakan nama-nama Jawa. Dan, Sulaiman adalah satu-satunya nabi dan rasul yang 25 orang, yang namanya berawalan ‘Su’.
- Sulaiman berkirim surat kepada Ratu Saba melalui burung Hud-hud. “Pergilah kamu dengan membawa suratku ini.” (QS An-Naml [27]: 28). Surat itu ditulis di atas pelat emas sebagai bentuk kekayaan Nabi Sulaiman. Surat itu ditemukan di sebuah kolam di Candi Ratu Boko.
- Bangunan yang tinggal sedikit (Sidrin qalil). Lihat surah Saba [34] 16). Bangunan yang tinggal sedikit itu adalah wilayah Candi Ratu Boko. Dan di sana terdapat sejumlah stupa yang tinggal sedikit. “Ini membuktikan bahwa Istana Ratu Boko adalah istana Ratu Saba yang dipindahkan atas perintah Sulaiman,”
Selain bukti-bukti di atas, masih banyak lagi bukti lainnya yang menunjukkan bahwa kisah Ratu Saba dan Sulaiman terjadi di Indonesia. Seperti terjadinya angin Muson yang bertiup dari Asia dan Australia (QS Saba [34]: 12), juga soal kisah istana yang hilang atau dipindahkan.
Kemudian mengenai dialog Ratu Bilqis dengan para pembesarnya, ketika menerima surat Sulaiman (QS An-Naml [27]: 32), nama Kabupaten Sleman, Kecamatan Salaman, Desa Salam, dan lainnya. Dengan bukti-bukti di atas beberapa pihak meyakini bahwa Borobudur merupakan peninggalan Sulaiman.
Borobudur adalah peninggalan Ratu Saba’ seperti yang diceritakan dalam Al-Quran. Bukti-bukti bahwa Borobudur adalah peninggalan Ratu Saba’ ada pada 40 bukti eksak yang dijelaskan. Salah satu bukti paling kuat dan belum bisa dibantah adalah ditemukannya surat dari Nabi Sulaiman bertuliskan "Bismilllahirrahmanirrahim" di atas sebuah plat emas di dalam kolam pemandian Ratu Saba (Ratu Boko) di daerah Sleman, Jawa Tengah.
Berdasarkan referensi Al-Qur’an, Nabi Sulaiman AS adalah utusan Allah SWT yang diberikan keistimewaan, yakni mampu menaklukkan seluruh makhluk ciptaan Allah, termasuk angin, binatang, dan jin, atas izin Allah.
Nabi Sulaiman diperkirakan hidup pada abad ke-9 Sebelum Masehi (989-931 SM), atau sekitar 3.000 tahun yang lalu. Sedangkan, Candi Borobudur, seperti yang tertulis dalam berbagai buku sejarah nasional, didirikan oleh Dinasti Syailendra di akhir abad ke-8 Masehi atau sekitar 1.200 tahun yang lalu.
Jadinya, kalau mengacu pada buku sejarah itu, rasanya tidak mungkin jika Borobudur itu peninggalan Sulaiman. Rentang waktu keduanya terlalu jauh. Nabi Sulaiman hidup di masa sebelum masehi, sedangkan Syailendra setelah masehi.
Namun, yang menjadi ukuran Fahmi Basya bukanlah waktu, karena sulit menentukan waktu yang tepat untuk sebuah peninggalan yang umurnya sudah berabad-abad. Yang jadi barometer Fahmi adalah fakta relief yang ada di Borobudur. Sebab, jika relief diteliti, ternyata mengandung cerita, dan cerita itulah yang disandingkan dengan fakta referensi Al-Qur’an.