Aksi Heroik Ibu Guru Gendong Para Siswa Sebrangi Arus Sungai di Mandiling Natal Sumut

| 10 Oct 2022 15:20
Aksi Heroik Ibu Guru Gendong Para Siswa Sebrangi Arus Sungai di Mandiling Natal Sumut
Guru, murid dan siswa SD Negeri 390 dan SMP Negeri 5 di Desa Muara Batang Gadis, Kabupaten Madina, Sumut menyebrangi derasnya arus sungai untuk bisa ke sekolah, Senin (10/10/2022). (Ilham/ERA).

ERA.id - Sejumlah guru dan murid di Desa Sale Baru, Kecamatan Muara Batang Gadis, Kabupaten Mandailing Natal (Madina), Sumatera Utara (Sumut) harus bertaruh nyawa untuk menuju ke sekolah.

Pasalnya, mereka terpaksa harus menerobos derasnya arus Sungai Muara Batang Gadis pasca fasilitas jembatan hancur dan hanyut pada bulan September lalu. Jembatan itu dilaporkan hancur diseret banjir setelah sungai meluap.

Akibatnya, sejumlah sekolah yang terdampak diantaranya para murid yang bersekolah di Sekolah Dasar (SD) Negeri 390 dan para siswa yang bersekolah di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 5. Mereka bahkan harus mengurungkan niatnya untuk bersekolah ketika intensitas hujan lagi tinggi yang akan memicu besarnya debit air sungai.

"Sebelumnya kondisi sungai ini kering jembatan pun ada, tapi karena sering datang hujan sungai meluap dan mungkin pondasi jembatan habis dikikis oleh air sehingga jembatan hanyut dan sampai sekarang jembatan sudah tidak ada," ungkap seorang guru SMP Negeri 5, Miswardi, (10/10/2022).

"Jadi pada saat arus sungai ini besar siswa-siswa yang menyeberang itu terkadang diantar orang tuanya. Terkadang kalau sudah sangat besar gak ada yang nyeberangi alhasil anak sekolah libur," sambungnya.

Miswardi memperkirakan sebanyak 20 kepala keluarga (KK) harus berjuang setiap harinya melewati derasnya arus sungai setelah jembatan hancur. Dia menyebut bahkan baik murid, siswa maupun warga sering sekali dihadapkan dengan arus sungai yang cukup besar.

"Ya termasuk kami sendiri karena kami dusun sebelah yang mengajar di SMP dan SD ini ya, kami tetap melewatinya. Terkadang memang perasaan sangat kecewa setelah sampai di sana tinggal dua kilometer lagi untuk sampai ke sekolah alhasil kami harus pulang," sebutnya.

Menurutnya warga di sana telah berulang kali memohon kepada Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Madina untuk membangun jembatan itu kembali. Namun hingga kini pihak Pemkab Madina sendiri belum menunjukkan sikap serius untuk mengatasi permasalahan jembatan tersebut.

"Tapi sampai saat ini walaupun sebesar itu air itu belum ada kami dengar korban jiwa. Memang sampai saat ini belum adalah bisa di bilang yang menanggapi tentang kondisi sungai ini atau jalan ini, jadi harapan saya untuk kedepannya ya minimal lah jembatan itu dibuat untuk kami sehingga kami tidak terganggu," pungkasnya.

Rekomendasi