Kejanggalan dalam Kasus Tewasnya Masyita Peserta Tarik Tambang IKA Unhas di Makassar

| 20 Dec 2022 11:03
Kejanggalan dalam Kasus Tewasnya Masyita Peserta Tarik Tambang IKA Unhas di Makassar
Ilustrasi tarik tambang. (Antara)

ERA.id - Momen Masyita (43), korban tewas dalam acara tarik tambang Ikatan Keluarga Alumni Universitas Hasanuddin (IKA Unhas) Sulawesi Selatan, yang melibatkan 5.000 orang di Jalan Jenderal Sudirman Kota Makassar, akhirnya terungkap.

Beberapa kejanggalan pun menyeruak. Apa saja?

Korban tak berdiri di atas tali

Korban acara tarik tambang IKA Unhas Sulsel  pada Minggu (18/12/2022), tak berdiri di atas tali, seperti yang disampaikan Wali Kota Makassar, Danny Pomanto yang juga sebagai Ketua IKA Unhas Sulawesi Selatan.

Dalam sebuah video CCTV di Jalan Jenderal Sudirman yang dilihat ERA, tampak Masyita yang menggunakan jilbab berwarna biru dan memakai baju putih, berdiri santai di dekat tali tambang, di tengah jalan Jenderal Sudirman-Batu Putih.

Saat itu, dia melihat beberapa peserta yang sedang berbincang-bincang. Tak lama berselang, tali tambang tertarik kencang dari arah Karebosi. Seketika, tali itu menjegal kaki Masyita dan membuat Masyita terpental hingga kepalanya terbentur ke barier beton di tengah jalan.

Melihat Masyita terkapar, beberapa peserta ada yang mendekati korban dan ada juga berteriak histeris dan panik. Saat dibawa mobil ambulans, Masyita masih sadarkan diri. Namun, tak lama, korban dinyatakan meninggal akibat kepalanya terluka parah.

Korban tidak selfie

Masyita tidak selfie. Dalam video yang dilihat ERA, tangan Masyita diam saja sebelum insiden itu merenggut nyawanya. Tidak selfie seperti yang diungkap panitia IKA Unhas Sulsel, Mursalin.

Mursalin sebelumnya bilang, korban tiba-tiba tertarik ketika selfie bersama orang-orang di sekitarnya sambil memegang tali tambang. "Dia main selfie ibu-ibu ini. Pegang-pegang tali sambil selfie, jadi seakan-akan dia pegangan tali begitu. Tiba-tiba tertarik. Jadi tidak ada unsur kesengajaan," papar Mursalin.

Tali seperti putus

Masih bersumber dari video, tali tambang itu awalnya terentang panjang, tak lama kemudian, tali seperti putus. Belum diketahui, apakah tali itu sementara ditarik kemudian dilepas peserta, ataukah tali itu diikat lalu kemudian putus.

"Sementara selfie, tarik orang tali langsung jatuh. Terseret tali," lanjut Mursalin. Dia juga membantah beredarnya kabar yang mengatakan tali yang digunakan putus.

Menurut Mursalin, dia telah menghimbau peserta agar tidak berada di sebelah kanan karena ada pembatas jalan di area itu. "Ndak (tidak) ada tali putus. Tali besar mana bisa putus? Ndak (tidak) ada (terlilit di leher)," ujar Mursalin.

"Masa bisa terlilit orang banyak? Saya pegang toa di situ, mengimbau warga tidak di sebelah kanan," sambung dia.

Mursalin bilang peristiwa itu bukanlah kelalaian panitia, tetapi murni kecelakaan. "Saya siap bersaksi. Saya di TKP. Di ujung sana ada Kecamatan Manggala, Kecamatan Rappocini. Di ujung tali Kecamatan Manggala saya atur, baru menyusul Kecamatan Rappocini. Begitu, saya stand by di sana," ungkap Mursalin.

Dapat izin atau tidak?

Kapolrestabes Makassar, Kombes Budhi Haryanto membantah ucapan Kapolsek Ujung Pandang, Kompol Syarifuddin yang bilang tarik tambang IKA Unhas tidak berizin.

Menurut Kombes Budhi Haryanto, apa yang dikatakan Kapolsek Ujung Pandang Kompol Syarifuddin, itu keliru. Dia menegaskan, izin dikeluarkan oleh polrestabes, bukan polsek. "Izin itu yang keluarkan Polres," kata Budi, Senin (19/12/2022).

Budhi menegaskan jika pihaknya masih terus mengusut tragedi maut tarik tambang IKA Unhas tersebut. Apalagi tim INAFIS telah digerakkan untuk menyelidiki peristiwa berdarah ini.

Namun Budhi belum menjelaskan sejauh mana pengusutan itu dilakukan. Dia hanya memberikan jawab yakni menunggu hasil akhirnya.

Sebelumnya diberitakan, Kapolsek Ujung Pandang, Kompol Syarifuddin menegaskan bahwa pihaknya sama sekali tidak tahu (soal perizinan) sebab tak ada pemberitahuan ke pihaknya.

Dia berdalih, kebiasaan pihaknya selalu ada pemberitahuan laporan untuk meminta izin dalam hal mendatangkan orang banyak. "Kebiasaan kita kan kalau ada pemberitahuan apalagi mendatangkan orang banyak, pastilah kita dari pihak kepolisian menempatkan personel untuk mengamankan," kata Kompol Syarifuddin kepada ERA, Senin (19/12/2022).

Rekomendasi