ERA.id - Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Seksi Konservasi Wilayah I Bengkulu sepanjang tahun 2022 mencatat, ada 26 kejadian konflik antara manusia dengan satwa liar yang terjadi dalam enam kabupaten di wilayah itu.
Kepala Seksi Konservasi Wilayah I BKSDA Bengkulu Said Jauhari melalui Kepala Unit Polhut Reza Alftriansyah di kantornya yang terletak di Jalan S Sukowati Curup Kabupaten Rejang Lebong, mengatakan konflik manusia dengan satwa liar ini diantaranya dengan harimau, beruang, gajah, buaya, ular sanca dan monyet ekor panjang.
"Ada 26 kejadian, sebanyak 13 kejadian konflik antara manusia dengan harimau. Kemudian 13 kejadian lainnya dengan beruang madu lima kejadian, buaya muara ada lima kejadian, gajah sumatera satu kejadian, dengan ular dan monyet ekor panjang masing-masing satu kejadian," kata Rezza Alftriansyah, Rabu (28/12/2022).
Dia menjelaskan, kejadian konflik manusia dengan satwa liar ini terjadi karena adanya penyempitan habitat mereka akibat pembukaan lahan pertanian dalam kawasan konservasi baik dalam hutan produksi terbatas (HPT) maupun areal penggunaan lain atau APL.
"Untuk konflik manusia dengan Harimau Sumatera paling sering terjadi di wilayah Kabupaten Mukomuko, tepatnya di Kecamatan Malin Deman," katanya.
Konflik manusia dengan harimau itu tidak memakan korban jiwa dan hanya ternak warga yang dilepas dalam perkebunan sawit yang lokasinya berbatasan dengan kawasan konservasi.
Sedangkan untuk konflik manusia dengan satwa liar jenis beruang, menurut dia, salah satunya terjadi di Teluk Kupai, Kabupaten Bengkulu Utara yang menyebabkan satu orang petani mengalami luka-luka setelah secara tidak sengaja bertemu beruang di dalam kebun warga.
"Upaya-upaya yang kita lakukan ialah dengan melakukan sosialisasi agar warga tidak memelihara ternak dengan cara dilepas dalam kawasan karena dapat memancing datangnya harimau. Kemudian melakukan pengusiran, memasang perangkap dan kamera serta memantau ke lapangan," ujarnya. (Ant)