ERA.id - Bakal capres 2024, Ganjar Pranowo, memaparkan tiga fondasi dalam memajukan perekonomian Indonesia di depan para akademisi dari sejumlah perguruan tinggi di Jawa. Salah satunya, pemberantasan korupsi yang harus diperkuat lagi.
Secara khusus, Ganjar diundang oleh para akademisi untuk hadir dalam acara temu kebangsaan bertajuk 'Merawat Keberagaman Indonesia; Membentuk Pemimpin Nasional yang Bernyali Tanpa Membenci', di Pendopo Hotel Royal Ambarrukmo, Yogyakarta, Selasa (22/8/2023).
Hadir juga Presiden ke-5 RI sekaligus Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarnoputri dan Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto. Menurut Ganjar, Indonesia pasti bisa menjadi negara maju bila semua elemen masyarakat bersatu.
"Apakah Indonesia akan menjadi negara maju seperti yang diprediksikan banyak orang? Saya jawab iya. Kuncinya, kita harus bersatu, berkomitmen bersama untuk membangun Indonesia tanpa membedakan apapun. Pancasila jadi pegangan kita," kata Ganjar.
Selama 10 tahun terakhir, lanjut Ganjar, Indonesia sudah menunjukkan kemajuan luar biasa. Beberapa faktor sebagai negara maju sudah terlihat.
Misalnya, Indonesia tambah makmur dengan melihat rasio elektrifikasi rumah tangga yang telah naik dari 76 persen di tahun 2012 menjadi 99 persen pada 2022. Indonesia juga semakin sehat dengan cakupan jaminan sosial mencapai 87 persen pada 2021.
"Masyarakat Indonesia juga lebih pintar dengan tingkat kelulusan SMA yang semula 57,4 persen pada 2016 menjadi 66,1 persen di 2022. Sementara PDB per kapita kita naik dari 33,0 di tahun 2012 menjadi 71,0 di 2022," jelasnya.
Catatan itu, menurut Ganjar, merupakan bukti bahwa Indonesia sudah pada jalur yang tepat. Hal itu menunjukkan cita-cita Indonesia jadi negara dengan ekonomi terbesar di dunia pada 2050 bukan hal yang sulit dicapai.
"Kuncinya satu, cepat. Situasi geopolitik dan bonus demografi harus benar-benar kita optimalkan. Dan itu harus cepat," tegasnya.
Atas dasar itulah, Ganjar menawarkan tiga gagasan untuk memajukan Indonesia. Pertama, melipatgandakan pendapatan negara untuk mewujudkan pelayanan berkualitas.
"Banyak potensi pendapatan negara kita yang belum dioptimalkan. Kita harus genjot itu agar APBN naik berkali lipat. Misalnya bagaimana kita mengoptimalisasi hibah luar negeri, optimalisasi penerimaan pajak dan bukan pajak, serta kurangi kebocoran anggaran," ucapnya.
Gagasan kedua, lanjut Ganjar, adalah digitalisasi pemerintahan untuk tata kelola lebih baik. Menurutnya, layanan pemerintah harus didigitalisasi agar lebih cepat, akurat, dan informatif.
"Terakhir adalah memberantas korupsi untuk menumbuhkan kembali kepercayaan masyarakat. Kualitas ASN dan lembaga-lembaga pemerintah harus ditingkatkan, pemerintah harus lebih transparan dan meritokrasi. Dan kita harus bergandengan tangan untuk mewujudkan itu," pungkasnya disambut tepuk tangan para akademisi.
Adapun Megawati mengingatkan KPK dibentuk di masa pemerintahannya sebagai lembaga adhoc yang membantu tugas polisi dan kejaksaan. "KPK itu saya yang bikin, sifatnya sementara. Kalau enggak teken (kebijakan pembentukan KPK), saya dibilang presiden tidak antikorupsi. Ya wis teken wae," katanya.
Salah satu akademisi yang mendukung Ganjar sebagai presiden adalah profesor hukum UGM, Nindyo Pramono, yang juga menjadi dosen pembimbing saat Ganjar kuliah di UGM.
Nindyo membentuk komunitas relawan Pilih Ganjar (Pijar) yang yakin Ganjar Pranowo berani membuat makam bagi koruptor di tengah kota untuk efek jera. "Hanya pemimpin bernyali yang dapat melakukan gebrakan itu," tuturnya.