ERA.id - Gereja Puhsarang di Desa Puhsarang, Kecamatan Semen, Kabupaten Kediri ditetapkan menjadi cagar budaya tingkat nasional. Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kediri, Jawa Timur, pun memberikan apresiasi terhadap penetapan ini.
Bupati Kediri Hanindhito Himawan Pramana berharap penetapan ini dapat meningkatkan kesadaran akan pentingnya pelestarian warisan budaya dan sejarah di Kabupaten Kediri.
"Alhamdulillah dan terima kasih atas penetapan ini. Ke depan kami juga akan mendorong pariwisata di Kabupaten Kediri dan menguatkan tagline Kediri Berbudaya," kata Bupati di Kediri, Minggu (25/8/2024), dikutip dari Antara.
Ketua Dewan Kesenian dan Kebudayaan Kabupaten Kediri (DK4) Imam Mubarok menjelaskan Gereja Puhsarang telah resmi ditetapkan sebagai cagar budaya peringkat nasional oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) pada 13 Agustus 2024.
Penetapan ini dilakukan berdasarkan Pasal 45 Undang-undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya, setelah sebelumnya ada penetapan cagar budaya tingkat kabupaten dan provinsi. Penetapan ini meliputi kategori cagar budaya yakni benda, situs, struktur, bangunan dan kawasan.
Gereja Puhsarang tersebut didirikan pada tahun 1936 oleh Romo Jan Wolters CM dan dirancang oleh arsitek Henri Maclaine Pont, yang dikenal karena memadukan gaya arsitektur Jawa.
Keindahan arsitektur Gereja Pohsarang melekat pada dua nama ini, yakni arsiteknya Ir. Maclaine Pont dan pastornya Romo Jan Wolters CM. Ir. Henricus Maclaine Pont.
Romo Wolters sebagai inisiator memberi roh pengertian mendalam tentang makna sebuah bangunan Gereja dengan banyak simbolisme untuk katekese iman Katolik. Dalam konteks karya misi Gereja Katolik di Keuskupan Surabaya, Romo Wolters dikenal sebagai "rasul Jawa" (bersama Romo van Megen CM dan Romo Anton Bastiaensen CM).
Disebut "rasul Jawa", karena sebagai misionaris Belanda ia sangat mencintai dan menghormati orang Jawa, bahasa Jawa, dan kebudayaan serta nilai-nilai kejawaan.
Romo Jan Wolters CM adalah pastor di paroki Kediri pada waktu itu. Insinyur Maclaine Pont juga yang menangani pembangunan museum di Trowulan, Mojokerto, yang menyimpan peninggalan sejarah Kerajaan Majapahit.
Gus Barok, sapaan akrab Imam Mubarok, menambahkan bangunan Gereja Pohsarang tersebut mirip dengan bangunan Museum Trowulan, Mojokerto. Namun, gedung museum di Trowulan tersebut sudah hancur pada tahun 1960 karena kurang dirawat dengan baik sebab kurangnya dana untuk pemeliharaan dan perawatan.