ERA.id - Pasca gempa bumi yang terjadi di Majene-Mamuju, Provinsi Sulbar beberapa waktu lalu, disebut membuat sejumlah relawan pembawa logistik dijarah dan diadang warga. Bahkan, dari pantauan ERA.id melalui beberapa akun media sosial, salah seorang warga bahkan mengancam sejumlah relawan menggunakan parang, demi mendapatkan barang bantuan yang dicarinya.
Selain itu, masyarakat juga dikabarkan sempat mengais puing-puing bangunan toko handphone di Kota Mamuju, demi mencari ponsel yang ada di gedung tersebut. Karenanya, Polda Sulbar menempatkan sejumlah personelnya di beberapa titik rawan penjarahan dan aksi kriminal yang memanfaatkan tragedi.
Kabid Humas Polda Sulbar AKBP Syamsu Ridwan mengungkapkan, pihaknya ditempatkan di jalur-jalur distribusi baik dari arah Kota Makassar, Sulsel maupun dari arah Kota Palu, Sulteng sekaligus telah menyiapkan pengawalan untuk donatur.
Syamsu Ridwan berpesan untuk para donatur, agar sebelum membawa donasi, diharap melaporkan dulu ke polres perbatasan menuju Sulbar. Seperti di Polres Polman atau Polres Majene atawa Polres Pasangkayu atau Polres Mateng. Semua untuk mendapatkan pengawalan.
"Sehingga distribusi dapat diterima di posko Mamuju," ungkapnya, Selasa (19/1/2021). Lebih jelasnya, Polda Sulbar menjami keselamatan dan keamanan bagi para relawan yang membawa donasi hingga tiba di lokasi tujuan.
Sementara pihak TNI AD dari pasukan reaksi cepat penanggulangan bencana (PRCPB) Yonzipur 8/SMG berjumlah 1 Kompi Zipur (100 orang) dipimpin langsung oleh Danyonzipur 8/SMG Letkol CZI Agung Tri Wahyudi, mengirim sejumlah peralatan dan alat berat guna memperbaiki sejumlah kerusakan, utamanya jalur yang terputus serta reruntuhan bangunan yang masih berserakan di lokasi tepatnya di Kota Majene-Mamuju.
Agung Tri Wahyudi selaku Komandan Yonzipur 8/SMG Letkol CZI bilang, misi tersebut sebagai bentuk reaksi cepat untuk percepatan pemulihan pasca gempa Majene-Mamuju.