ERA.id - Jika membeli jajanan siomai di pinggir jalan atau di sebuah toko, pernahkah kamu melihat pedagang siomai menggunakan garpu metal yang durinya cuma dua atau dua sula?
Jika pernah, artinya kamu juga ingat dengan simbol tangan para metal head atau rocker yang mereka anggap sebagai tangan menyerupai tanduk. Belakangan, garpu tukang siomai itu dijuluki garpu metal.
Awalnya begini, dua sula pada garpu yang normal, di bagian tengahnya, dipotong. Hal ini sebagai simbol kreatifitas saja kok, tak ada kaitannya dengan musik cadas. Dari sana, tukang siomai memudahkan mereka mengiris-iris siomai yang akan disajikan.
Nah, usai siomai ditusuk pakai garpu metal, si tukang makin mudah memasukkan pisau ke tengahnya, untuk memotong siomai. Bayangkan jika tetap empat sula, maka si tukang akan kesulitan memotong produknya itu.
Kekreatifan para tukang siomai itu mengikuti deli fork, yakni garpu yang dipakai untuk mengambil daging. Jadi tidak hadir begitu saja, ya. Deli fork ini, bersula dua, dan durinya panjang serta agak renggang.
Deli fork diciptakan untuk mengambil irisan Prosciutto, ham kering yang biasanya diiris tipis dan disajikan mentah, atau steik. Kini, secar umum dipakai untuk mengambil daging mentah.
Garpu daging ini banyak dijual di pasaran, tapi mahal. Maka dari itu, daripada gelontorkan duit banyak, mending buat hal yang kreatif dengan mengorbankan satu garpu dalam rumah. Modalnya sedikit, tapi efektifnya sama. Sederhana kan? Maka dari itu, mari kita puji tukang siomai di Indonesia!