Pemkot Sorong Dituduh Serobot Tanah Adat Malaseme Sebagai Pemakaman Covid-19

| 02 Sep 2021 10:22
Pemkot Sorong Dituduh Serobot Tanah Adat Malaseme Sebagai Pemakaman Covid-19
Bambu dan kain merah simbol palang adat masyarakat suku MOI marga Malaseme, pemilik ulayat pekuburan COVID-19 Kota Sorong, Provinsi Papua, Kamis (2/9/2021). (Foto: FOTO ANTARA/ Ernes Broning Kakisina)

ERA.id - Masyarakat Adat Moi dari marga Malaseme secara adat memalang akses masuk pekuburan Covid-19 sebagai tuntutan pada pemerintah daerah setempat untuk melakukan pembayaran ganti rugi hak tanah tersebut.

Pemilik Hak Ulayat Absalom Malaseme saat ditemui di Sorong, Kamis, (2/9/2021), mengatakan bahwa pemasangan palang adat tersebut sebagai bentuk peringatan masyarakat adat bagi Pemerintah Kota Sorong bahwa ada hak masyarakat yang belum diselesaikan.

Melansir ANTARA, dia mengatakan bahwa pemerintah melakukan pemakaman jenazah Covid-19 di atas tanah adat marga Malaseme tanpa ada pembicaraan atas hak tanah tersebut.

Karena itu, kata dia, marga Malaseme sebagai pemilik tunggal hak ulayat melakukan pemasangan palang adat atas tanah tersebut dan menuntut ganti rugi.

"Kami meminta agar Pemerintah Kota Sorong duduk bersama dengan kami sebagai pemilik ulayat untuk membicarakan hak-hak kami yang harus dibayar dan  barulah aktivitas pemakaman Covid-19 bisa dilanjutkan," katanya.

Dia mengatakan bahwa palang adat tersebut memiliki arti mendalam, yakni siapa yang sengaja memindahkan bambu serta kain merah simbol palang adat tersebut akan mendapat malapetaka.

"Jadi jangan sekali-kali ada pilihan lain memindahkan simbol tersebut tanpa ada persetujuan dari masyarakat adat pemilik wilayah," katanya.

Ditambahkan bahwa sesuai dengan kesepakatan masyarakat adat pemilihan wilayah marga Malaseme, maka  pemerintah daerah harus membayar Rp28 miliar atas tanah pekuburan COVID-19 itu, demikian Absalom Masaleme.

Rekomendasi