ERA.id - Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo menggelar upacara peringatan Hari Pahlawan di sebuah desa kecil, Dukuh Weru, Desa Temurejo, Blora, Rabu (10/11).
Bukan tanpa alasan Ganjar memilih upacara di desa kecil itu. Sebab di desa itulah, bersemayam makam pejuang yang mendapat julukan Singa Betina dari Aceh, Pocut Meurah Intan.
Ganjar sebelumnya telah datang bersama mahasiswa dan masyarakat Aceh di Semarang untuk ziarah dan membersihkan makam Pocut Meurah Intan. Setelah itu, ia meminta agar upacara Hari Pahlawan digelar di dekat makam tersebut.
Upacara itu digelar sangat sederhana. Tempatnya pun kecil, di lapangan pinggir desa yang dikelilingi persawahan. Namun, upacara tetap berjalan khidmad dan penuh makna.
"Di tempat ini, bersemayam jenazah pejuang dari Aceh, Pocut Meurah Intan, yang orang sini biasa memanggil Mbah Cut. Warga sini telah merawat makam beliau. Ini membuktikan, bahwa kepahlawanan tidak memandang apa sukunya, rasnya, maupun agamanya. Selagi berjuang untuk Indonesia Raya, mereka adalah pahlawan kita," kata Ganjar.
Ganjar pun memberikan hormat setinggi-tingginya pada masyarakat yang telah merawat makam Pocut Meurah Intan. Hormat juga ia sampaikan pada masyarakat Makassar yang telah merawat makam Pangeran Diponegoro, masyarakat Sumedang yang merawat makam Cut Nyak Dien, dan masyarakat Minahasa yang merawat makam Tuanku Imam Bonjol.
"Penghormatan tinggi juga kita sampaikan pada saudara kita di Afrika Selatan yang menghormati dan merawat makam Syekh Yusuf dari Goa Sulawesi Selatan," jelasnya.
Peringatan Hari Pahlawan ini lanjut Ganjar menjadi momentum bagi bangsa untuk melihat lebih luas samudera perjuangan bangsa. Ribuan pertempuran telah dijalani dan jutaan pahlawan telah gugur demi merebut dan mempertahankan kemerdekaan.
"Kita yang menikmati rasanya merdeka ini, terus dan akan tetap berdiri di atas tulang, darah, bahkan air mata mereka. Tidak ada alasan bagi kita untuk main-main, apalagi mempermainkan keindonesiaan kita," tegasnya.
Ganjar juga mengajak seluruh anak bangsa melanjutkan perjuangan para pahlawan. Menurutnya, perjuangan saat ini lebih berat jika dibandingkan dengan para pahlawan.
"Setiap zaman punya tantangan dan persoalan sendiri. Ayo kita buktikan, bahwa darah dan air mata pejuang yang jatuh ke tanah tidak percuma. Duka dan lara dari ribuan pertempuran para pendahulu kita, tidak sia-sia," ucapnya.
Keras dan pedihnya perjuangan para pahlawan lanjut Ganjar harus menjadi motivasi anak bangsa untuk terus bergerak menciptakan kemakmuran dimanapun berada. Apapun profesinya, kata dia, lakukan sebaik-baiknya.
Menurutnya, banyak hal harus dilakukan generasi penerus bangsa untuk mengisi kemerdekaan. Selain menjaga persatuan dan kesatuan, generasi muda dituntut menjadikan bangsa ini berdikari terhadap politik pangan, air dan energi. Semua harus berkontribusi, memberikan inovasi dan kreasinya agar Indonesia menjadi bangsa berdaulat yang berkepribadian dalam kebudayaan.
"Agar kita tidak dikenang sebagai generasi durhaka terhadap negara. Kita tidak boleh menyia-nyiakan kesempatan dan tanggungjawab. Karena kita tidak ingin jadi negara yang biasa-biasa saja," pungkasnya.