ERA.id - Meletusnya Gunung Semeru di Jawa Timur, menyisakan luka dan duka bagi banyak pihak. Namun, bukan berarti insiden itu tak bisa diseret ke ranah lain yang rentan membawa konflik baru.
Ceritanya begini, saat Rapat Dengar Pendapat Umum (RDPU) Komisi III DPR bersama Aliansi Ulama Madura (AUMA) pada Selasa (7/12), Imam Mu'ti membawa nama Habib Muhdor.
Di sana, Mu'ti menyebut kalau sebelum Gunung Semeru meletus, Habib Muhdor sempat diusir dari tempat tinggalnya.
Dijelaskan lebih jauh, Mu'ti bilang kalau Habib Muhdor adalah guru ngaji yang awalnya tinggal di sebuah rumah wakaf di Desa Supit Urang, Kecamatan Pronojiwo, Kabupaten Lumajang.
Tiga hari sebelum Semeru meletus, Habib Muhdor diusir oleh salah satu anak dari pemilik rumah yang katanya diwakafkan tersebut.
"Dikabarkan 40 orang desa yang mengusir Habib Muhdlor menghilang semua, namun sekarang Habib Muhdlor dalam keadaan selamat. Itu kejadian tiga hari sebelum meletusnya Gunung di Lumajang," kata Imam Mu’ti.
Saat itulah, Mu'ti menilai kalau pengusiran habib itu merupakan tindakan kebencian kepada seorang keturunan Nabi Muhammad.
Sayangnya, pernyataan Mu'ti itu dibantah oleh dua pria yang satu di antaranya diduga adalah Habib Muhdor yang katanya diusir oleh warga.
Orang dalam video tersebut mengatakan bahwa Habib Muhdor tersebut tidak diusir warga, melainkan pindah secara sukarela. Adapun masalahnya, ia enggan menceritakan secara detail.
"Jadi terkait berita pengusiran Habib, itu tidak benar adanya. Masalah warga yang mengusir habis, itu hoaks!" tutur pria berpeci putih yang mendampingi seorang kakek yang diduga adalah Habib Muhdlor.
"Jadi minta tolong, jangan sampai ada penggiringan opini yang ke sana ke mari. Soalnya, termasuk saat ini, masyarakat Lumajang sedang tertimpah musibah. Jadi permasalahan habib ini jangan dikait-kaitkan dengan musibah tersebut," kata orang dalam video tersebut.
Klarifikasi dr Hb Muhdor yg menolak politisasi Musibah Semeru dng membawa2 namanya ❤️ pic.twitter.com/MnwDxE6vQo
— M. Kazhim (@Kazhim) December 8, 2021