Mengerikan, Perempuan di Makassar Diteror Usai Klik Situs Palsu 'Prakerja'

| 03 Jan 2022 12:00
Mengerikan, Perempuan di Makassar Diteror Usai Klik Situs Palsu 'Prakerja'
Ilustrasi ponsel saat merekam (Pixabay)

ERA.id - Seorang perempuan di Kota Makassar, Sulsel, Paramitha Adha menceritakan pengalamannya usai terjebak dalam situs palsu 'Prakerja' dan berujung mendapatkan teror.

Dari sana, teror dan fitnah merebak. Relasinya, yang sesuai dalam kontak ponselnya mengabarkan, Paramitha sedang terlilit utang.

"Cerita saya ini untuk sekadar edukasi bagi seluruh masyarakat Indonesia. Dan saya berharap ke depannya tidak ada lagi korban teror, fitnah, dan nama baiknya dicemarkan seperti yang saya alami," tutur Paramitha kepada ERA.id.

Pada Jumat 31 Desember 2021 silam, Paramitha resmi melaporkan nomor ponsel *88987147120 di Polrestabes Makassar. Sebabnya, pemilik nomor tersebut memfitnahnya melalui pesan WhatsApp (WA) ke kontak teman kerja, keluarga, dan teman dekat Paramitha.

"Pihak penyidik Cyber Polrestabes Makassar juga mencoba membantu dengan menelusuri keberadaan pemilik nomor, dan disebutkan titik terakhirnya berada di sekitar Jl. Alauddin, Makassar," tambahnya.

Nomor tersebut ternyata sudah disimpan oleh banyak orang. Paramitha sendiri yang mengeceknya lewat aplikasi Get Contact.

"Ada 5 tag yang tersimpan, yakni: DC Pinjol Ilegal Bantu Pinjam,  Bangt *Pinjol Ilegal Laknat, Dompet Stabil, A Maling,  Wa Smart. Di sini saya mulai mempersempit dua kemungkinan teror terhadap saya berasal. Pertama dugaan dari penagih pinjol atau yang kedua dari pihak peretas yang memanfaatkan data pribadi saya untuk melakukan pinjaman atau kejahatan lain," bebernya.

Paramitha bilang, ia tidak langsung memastikan jika teror itu murni dari penagih pinjol, sebab ia tak pernah berhubungan apalagi sampai mendaftar pinjaman online.

Yang mengherankan dirinya adalah, hampir seluruh data pribadi, baik nama lengkap, NIK, foto selfie KTP disebar ke kontak WA keluarga dan teman kerja.

Semua pesannya seragam, yakni Paramitha adalah penipu dan telah membawa lari uang perusahaan. "Sampai manajer kantor saya menelpon dan mempertanyakan kebenaran informasi itu. Karena pesan tersebut juga dia terima."

Dari sana, Paramitha langsung belajar dan memberitahu banyak pihak, kalau sebaiknya masyarakat membuat daftar di mana saja mereka menulis data pribadi.

"Karena dengan daftar itu, selain akan membantu penyidik saat melakukan penelusuran saat Anda melaporkan, secara pribadi kita juga dapat menelusuri ulang kemungkinan kekeliruan saat mengakses situs palsu yang meminta data pribadi. Masalah inilah yang benar-benar membuat saya sadar akan pentingnya selektif menyerahkan data pribadi. Karena sekali data itu tersebar di aplikasi atau link palsu, maka bersiaplah sewaktu-waktu menerima berbagai kemungkinan teror dan fitnah seperti yang saya alami saat ini."

Ia sendiri memang sempat mengklik link pendaftaran kartu prakerja yang sempat ramai disebar ke percakapan maupun WA grup.

"Antara Mei atau Juni 2021, tanpa menelusuri atau melakukan verifikasi keaslian link itu terlebih dahulu, saya begitu saja mengklik dan mencoba mendaftar kartu prakerja."

"Saya sadar, kemungkinan besar di sinilah letak kekeliruan saya, begitu saja mengklik link tidak resmi, dan mendaftarkan data diri NIK,  KTP, sampai selfie KTP. Kemudian tidak ada keterangan dari situs tersebut, apakah data telah terverifikasi atau tidak, sehingga saya meninggalkannya begitu saja."

Dari sana, masalah muncul. Awal Oktober 2021, sebuah pesan masuk ke Facebook kawan-kawannya mengatasnamakan Paramitha yang meminta sejumlah uang, dikarenakan anak sedang sakit.

"Pesan itu datang ke keluarga, lengkap menyertakan nama lengkap serta KTP saya, termasuk kontak keluarga, kerabat, dan beberapa rekan kerja, dengan menggunakan rekening atas nama orang lain," bebernya.

"Saya lalu mempertegas lewat pesan ke kontak teman dan keluarga, bahwa ia tak pernah meminta dana atau meminta transfer. Saat itu saya pikir, itu hanya ulah orang iseng. Tapi keanehan mulai terjadi di awal November 2021, hp saya tiba-tiba kembali ke pengaturan awal (pabrik). Baik email dan medsos tak bisa diakses."

"Email juga tidak saya kaitkan ke nomor hp ataupun email pemulihan lain. Jadilah seluruh arsip pribadi, maupun kontak terhubung di email saya, tak bisa diakses. Sementara saya yakin data kontak telepon dan foto selfie ktp saya terhubung juga dalam email itu."

Penelusuran Paramitha ini membuahkan kesimpulan, kalau seharusnya ia tidak mudah begitu saja menyimpan data pribadi di email. Jika toh menyimpan, harus mengaitkan ke nomor hp atau email alternatif pemulihan lain.

"Karena kecurigaan saya, kontak telepon saya telah diketahui karena email saya telah diretas. Sehingga seluruh data dan kontak teman dan keluarga bisa mereka manfaatkan untuk menyebar pesan fitnah dan teror."

Sampai di situ saja? Tidak. "Teror, fitnah, dan pencemaran nama baik yang paling parah mulai saya alami Kamis 30 November 2021 atau sehari setelah saya resmi melapor ke Polresbates Makassar."

"Kontak telepon yang saya laporkan menyebar 2 buah foto, baik pribadi maupun ktp, dan disebarkan ke puluhan kontak saya. Dengan salah satu narasi seperti ini:

Dicari Maling!!! Telah melakukan penipuan dan membawa sejumlah uang milik perusahaan kami sangat kesulitan untuk menemukan ataupun menghubungi pelaku, karena memang dia sengaja lari dan bersembunyi dari kami. Jika ada yang menemukan harap segera bawa ke kantor polisi terdekat atau hubungi kami."

Paramitha pun merasa kalau tindaka tersebut sudah kelewat batas, sebab nama lengkap, alamat, dan nomor ponselnya ikut dicantumkan.

"Kecurigaan saya, ada peretas yang memanfaatkan data pribadi saya untuk mendaftar pinjaman online, dengan data lengkap baik NIK, foto selfie KTP dan lainnya. Kemungkinan besar itu dilakukan saat saya mengakses link palsu prakerja, dan besar kemungkinan peretas juga telah mengakses email dan data di hp saya."

"Pesan ini saya sebarkan tak sekadar edukasi bagi kita semua, tapi sebuah kesadaran terbuka bahwa data pribadi adalah hak asasi kita, baik secara online maupun ofline. Jadi, mari benar-benar teliti, selektif, dan mempelajari dengan baik situs atau aplikasi yang mensyaratkan data pribadi saat mendaftar. Karena sekali data anda tersebar, teror dan fitnah akan dengan mudah menyebar," tandasnya.

Kini, ia berharap, Polrestabes Makassar segera menemukan sindikat yang telah merugikan nama baiknya tersebut.

Rekomendasi