DPRD Desak Walikota Tangerang Tutup Pasar Induk Tanah Tinggi, Dianggap Sudah Tak Layak

| 04 Jan 2022 19:12
DPRD Desak Walikota Tangerang Tutup Pasar Induk Tanah Tinggi, Dianggap Sudah Tak Layak
Pedagang di Pasar Jatiuwung buang sayur jualannya. (Dok. Istimewa)

ERA.id - Keberadaan pasar induk Jatiuwung membawa angin segar bagi para pedagang. Namun, pasar yang diresmikan Walikota Tangerang Arief Wismansyah pada 7 Juli 2021 lalu ini kini dikeluhkan oleh para pedagang.

Pasalnya, pasar itu kini dalam keadaan sepi pembeli. Sehingga, bukannya untung para pedagang terus mengalami kerugian. Hal ini disebabkan karena Pasar Induk Tanah Tinggi yang masih beroperasi.

Anggota Komisi II Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Tangerang, Syaiful Milah meminta pemerintah tegas menyelesaikan persoalan pasar Induk. Menurut dia keberadaan dua pasar induk di satu kota kecil akan mengakibatkan dampak sosial yakni, persaingan perdagangan yang sengit.

"Ketika walikota memberikan izin untuk pasar Induk Jatiuwung seharusnya dia komitmen untuk para pedagang. Karena banyak pedagang yang tadinya berdagang di pasar induk Tanah Tinggi kemudian pindah ke pasar induk Jatiuwung. Apalagi, walikota yang meresmikannya (pasar induk Jatiuwung)," ujarnya, Selasa, (4/1/2021).

Para pedagang yang kesal karena sepi dan rugi ini pun meluapkan emosinya. Mareka membuang barang dagangan yang rata-rata sayur ini sebagai bentuk protes ke Pemkot Tangerang pada Selasa, (4/1/2021). Mereka menuntut agar pasar induk Tanah Tinggi segera ditutup.

"Beliau (Walikota) sendiri yang gunting pita (saat peresmian pasar induk Jatiuwung) maka ketika dia gunting pita para pedagang berpikir pasti pasar induk tanah tinggi akan ditutup maka mereka pindah ke Jatiuwung," kata Syaiful.

Menurut dia, seharusnya satu kota kecil hanya boleh mendirikan satu pasar induk saja. Hal ini guna mengindari persaingan sengit dan dampak sosial.

"Nah walikota harus ambil sikap enggak mungkin di satu kota ada dua pasar induk," tegasnya.

Apabila hal ini tak segera dilakukan, maka bisa saja dua pasar itu mengalami kebangkrutan. Seharusnya kata Syaiful pemerintah dapat memfasilitasi pedagang bukan hanya dari tempat saja.

"Pemerintah harus ambil sikap untuk Fasilitasi pedagang dong , kan adanya pedagang juga membawa keuntungan bagi pemerintah," katanya.

Dia menduga ada oknum yang bermain sehingga pasar induk Tanah Tinggi masih tetap beroperasi. Apalagi, kata dia Pasar tersebut sudah tak layak lagi. Seperti mengganggu lalu lintas dan kumuh.

"Pemerintah kan katanya mau menjadikan ruang terbuka hijau (di pasar induk Tanah Tinggi) karena AMDAL lalin sudah menggangu, ada nggak mereka AMDAL lalin dari Kementerian perhubungan yang dievaluasi, kan sudah menggangu kemacetan disana," jelas Syaiful.

Kata Syaiful, saat ini para pedagang memiliki dua lapak di Pasar Induk Jatiuwung dan Tanah Tinggi. Lantaran, hingga saat ini tidak ada kepastian untuk menutup pasar induk Tanah Tinggi.

"Kalau disana (pasar induk Tanah Tinggi) ditutup, para pedagang kan pindah ke Pasar Induk Jatiuwung. Ini belum ditutup (pasar induk Tanah Tinggi) karena tidak ketidaktegasan pemerintah yang masih memberikan ruang bagi oknum yang bermain di pasar tanah tinggi," kata Syaiful.

Diketahui, Pasar Induk Jatiuwung yang berlokasi di Jalan Gatot Subroto nomor 89 RT 2 RW 6, Kecamatan Jatiuwung, Kota Tangerang ini mulai beroperasi sejak diresmikan oleh Walikota Tangerang Arief Wismansyah pada Sabtu 7 Juli 2021 lalu.

Berdiri di area seluas 43000 meter persegi, Pasar Induk Jatiuwung Buah dan Sayur siap hadir sebagai pasar induk terlengkap dan terbesar di Provinsi Banten. Pasar Induk Jatiuwung Buah dan Sayur tersedia delapan blok dengan jumlah lapak sebanyak 1300, kios multifungsi ada 167 dan ruko untuk 42 unit bisa untuk bank hingga minimarket.

Kepala PD Pasar Kota Tangerang, Titien Mulyati mengaku tak menangani persolan ini. Pasalnya Pasar Induk Jatiuwung dan Tanah Tinggi dikelola oleh swasta.

"Maaf saya tidak mengelola pasar swasta jadi tidak tahu menahu," katanya.

Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Disperindagkop dan UKM) Teddy Bayu Putra belum merespon ketika dihubungi. Begitu juga Walikota Tangerang Arief Wismansyah.

Rekomendasi