Banjir Jeneponto Telan Korban, Pembangunan Bendungan Karalloe Gowa Tak Efektif?

| 23 Feb 2022 13:48
Banjir Jeneponto Telan Korban, Pembangunan Bendungan Karalloe Gowa Tak Efektif?
Tim SAR gabungan dan Basarnas mengevakuasi jenazah Raki (19), yang terseret arus sungai saat banjir di Kabupaten Jeneponto, Sulsel.

ERA.id - Sulawesi Selatan berduka usai dirundung cuaca buruk berhari-hari. Selain pohon tumbang, ada juga korban yang meninggal akibat banjir yang merendam Kabupaten Jeneponto.

Kabar itu disampaikan tim SAR gabungan bersama Basarnas. Mereka mengevakuasi jenazah laki-laki bernama Raki (19), yang dilaporkan hilang karena terseret arus sungai saat banjir pada Minggu (20/2) di Kabupaten Jeneponto, Sulawesi Selatan.

"Jenazah korban ditemukan warga Batu Le'leng dan diinformasikan ke tim SAR gabungan, sehingga bersama-sama ke lokasi penemuan berjarak 19 kilometer di lokasi kejadian awal," kata Komandan Tim Pos Basarnas Unit Siaga Bantaeng Hamka melalui keterangan video dari Jeneponto, Senin (21/2/2022) silam.

Usai penemuan itu, jenazah almarhum lalu dievakuasi tim ke rumah duka, didampingi camat setempat. Operasi gabungan juga melibatkan BPBD Jeneponto, TNI, Polri, Tagana, SAR Bulukumba dan SAR UNM, beserta keluarga korban.

Korban dilaporkan hilang oleh pihak keluarga setelah terjatuh ketika melintas di Jembatan Sungai Batumopang, Kabupaten Jeneponto pada Minggu (20/2).

Saat itu, kondisi cuaca buruk, berupa hujan dengan intensitas tinggi disertai angin kencang. Kondisi itu berdampak terhadap volume air sungai yang meluap dan mengakibatkan banjir di sejumlah wilayah setempat.

Jenazah korban ditemukan setelah tiga hari pencarian tim SAR gabungan bersama warga, Rabu, pukul 11.30 Wita, di Batu Le'leng. Korban terseret arus Sungai Batumpoang saat banjir di kabupaten setempat.

Kepala Kantor Basarnas Sulsel Djunaidi menambahkan saat ini korban telah dievakuasi ke rumah duka untuk kemudian diserahkan ke pihak keluarga guna pemakaman.

"Kami sangat mengimbau kepada warga yang berada di sekitaran aliran sungai untuk tetap waspada. Dikarenakan cuaca yang sangat ekstrem, dengan intensitas hujan yang terus-menerus, sehingga kemungkinan sungai akan meluap, karenanya harus tetap waspada," ucapnya.

Bendungan Karalloe tak efektif?

Tentunya kita perlu mengingat ucapan Presiden Jokowi didukung Bupati Gowa Adnan Purichta, saat meresmikan bendungan Karalloe di Kabupaten Gowa.

“Kita ingat, baru saja tahun 2019 di Jeneponto terjadi banjir besar. Dengan adanya Bendungan Karalloe ini, akan bisa dikurangi 49 persen banjir yang ada,” ujar Jokowi.

Adnan mengamini, menurutnya bendungan tersebut memang bisa menjadi solusi banjir yang kerap menghantui warga yang ada di Kabupaten Jeneponto.

Mengikut presiden, secara perhitungan statistik, Adnan percaya kalau bendungan Karaloe bisa mereduksi banjir hingga 49,12 persen setelah difungsikan.

Bukan cuma itu, infrastruktur yang menelan anggaran triliunan rupiah itu mampu pula mengairi 7 ribu hektare sawah milik warga Jeneponto.

"Air baku untuk 10 kecamatan di Kabupaten Jeneponto 420 L/detik dan 1 kecamatan di Kabupaten Gowa 20 L/detik dan mampu mereduksi banjir 49,12%," tulis Adnan.

Tentunya ini membawa kabar baik, namun bukan berarti ucapan tersebut tak bisa diperiksa lebih detail.

ERA pun langsung mengirimkan pertanyaan kepada Adnan. Isinya tak lain adalah sudah sejauh mana riset dan kajian ilmiah terkait ucapan Adnan tersebut?

Apakah angka 49 persen itu adalah daerah yang tidak terkena banjir di Jeneponto ataukah tinggi banjir di tiap daerah tersebut berkurang signifikan?

Toh fakta di lapangan memperlihatkan hal yang berbeda, sampel banjir pun cuma beberapa daerah, belum keseluruhan. Sayangnya, hingga berita ini ditayangkan, pesan yang dilayangkan ERA ke Adnan Purichta tak kunjung dibalas.

Rekomendasi