ERA.id - Insiden tak teduga dialami Dwi Ariesta Wardhana (38), pria dengan bobot 275 kilogram itu mengalami patah tulang kaki akibat terjatuh dari lift.
Dwi Ariesta diketahui terjatuh saat akan turun dari lantai dua di kediamannya yang berada di Perumahan Puri Kartika Asri Blok Q, Kelurahan Arjowinangun, Kecamatan Kedungkandang Kota Malang pada Sabtu (7/5) menggunakan lift barang yang dimodifikasi.
Pada saat akan turun ke lantai satu, tali sling atau kawat penghubung mesin dengan lift yang dipergunakan Dwi Ariesta putus. Dwi Ariesta terjatuh dari ketinggian kurang lebih tiga meter dan menyebabkan patah tulang pada kedua kakinya.
Proses evakuasi korban dilakukan oleh tim dari Palang Merah Indonesia (PMI) Kota Malang bersama Pemadam Kebakaran Kota Malang yang menerjunkan kurang lebih 12 personel. Dwi Ariesta kemudian dibawa ke RSUD Saiful Anwar Kota Malang untuk mendapatkan perawatan.
Saat ini, Dwi Ariesta ditangani oleh lima dokter spesialis di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Saiful Anwar Kota Malan.
Agung Riyanto Budi Santoso Sp.OT (K), dokter yang menangani Dwi Ariesta mengatakan, penanganan pasien tersebut tidak hanya fokus pada kondisi patah tulang yang dialami. Namun, ada sejumlah hal lain yang menjadi perhatian tim dokter.
"Karena kondisinya over weight, biasanya banyak komplikasinya. Kita tidak mau kecolongan kalau ada apa-apa," kata Agung di Kota Malang, Jawa Timur, Rabu (11/5/2022).
Agung menjelaskan, lima dokter spesialis yang menangani Dwi Ariesta tersebut adalah dokter spesialis ortopedi, spesialis anestesi (pembiusan), spesialis penyakit dalam, spesialis gizi dan spesialis rehab medik.
Menurut dia secara garis besar kondisi pasien membaik dan sudah dilakukan tindakan darurat untuk operasi pada pergelangan kaki kiri yang mengalami patah tulang terbuka. Sementara untuk patah tulang pada pergelangan kaki dan lutut kanan akan dilakukan pekan depan.
Untuk melakukan operasi pada pergelangan kaki kiri dan lutut kanan tersebut, lanjutnya, saat ini masih dilakukan konsultasi dengan dokter spesialis penyakit dalam, karena pasien terindikasi memiliki penyakit diabetes dan fungsi ginjal yang menurun.
"Kami lakukan secara komprehensif untuk penanganan pasien. Prinsip kami, jika ada kejadian patah tulang, bukan hanya itu yang kami rawat. Akan tetapi penyakit lain yang kita temukan, juga kita tangani," katanya.
Ia menambahkan, selain akan menjalani operasi dan pemulihan akibat mengalami patah tulang tersebut, pasien rencananya juga akan diberikan program penurunan berat badan yang dikonsultasikan dengan ahli gizi.
"Mulai diabetesnya kita konsultasikan ke penyakit dalam. Program gizi kita nanti ke instalasi gizi, harapannya program penurunan berat badan bisa dilaksanakan secara simultan di sini," ujarnya.
Dengan berat badan 275 kilogram, lanjutnya, pasien akan mengalami kendala pada proses rehabilitasi penyembuhan patah tulang. Usai menjalani operasi, pasien akan menjalani proses rehabilitasi dengan harapan fungsi pergelangan kaki dan lutut bisa kembali normal.
"Terlebih, harus menyangga beban yang cukup berat ini. Akan kami konsultasikan kepada gizi, dengan pasien seperti ini, yang aman harus turun berapa kilogram per minggunya. Proses rehabilitasi akan mengikuti program dietnya," ujarnya.