ERA.id - Toba Tenun berkomitmen memperkenalkan dan melestarikan tenun wastra Batak, yakni ulos sebagai salah satu warisan budaya tekstil Indonesia yang disampaikan melalui acara konferensi pers dan fashion show bertajuk Toba Tenun: Perempuan&Ulos.
Dalam acara tersebut, Toba Tenun menghadirkan acara fashion show. Deretan model berjalan dengan tema busana yang berbeda-beda. Tema pertama, para model mengenakan busana warna biru nuansa ulos.
Kerri Na Basaria, Founder & CEO PT. Toba Tenun Sejahtera mengungkapkan busana nuansa biru dengan motif unik ini terinspirasi dari pahatan Batak dan dewa-dewa kuno Batak pada zaman dulu.
"Memang yang desain tim kita. Dua-duanya terinspirasi dari pahatan Batak dan dewa kuno zaman dulu. Yang warna biru ada 11, 8 perempuan 3 laki-laki. Iya kita mencoba eksperimen tekstur kain, kita bisa mainkan kain tersebut," ujar Kerri saat ditemui di La Moda, Plaza Indonesia, Cikini, Menteng, Jakarta pada Kamis (20/10/2022).
Lebih lanjut, Kerri mengungkapkan bahwa dari busana itu sebelumnya di gambar terlebih dahulu. Selain itu, tim Toba Tenun sudah membuat riset pembuatan busana sejak lama.
"Tekstur itu biasanya kita gambar dulu, nyoba-nyoba bisa apa nggak. Kita mencoba mengemulasi dari kain tenun itu sendiri. Bukan kain biasa itu linen, kita mix material. Kita terinspirasi dari tenunnya, kita mau tools yang lebih tutur gitu," ucap Kerri.
"Ini udah lama dari riset, pembuatan tenun sendiri kita nyelup warnanya di Sumatera Utara. Jadi, ini semua hulu dan hilir in house dari Siantar namanya Jabu Borna dan Jabu Bonang. Ini rumah komunitas kami," lanjutnya.
Untuk busana warna cokelat, tim Toba Tenun pembuatannya terinspirasi dari Borga, yakni rumah tradisional Bolon. Ia mengungkapkan tantangan pembuatan busana adalah memakan waktu lama dan menyesuaikan cuaca supaya mendapatkan busana terbaik.
"Itu terinspirasi dari Borga dari rumah Bolon. Dilihat dari penangkal buruklah. Jadi kita sengaja first time, tantangannya karena kita suka bereksperimen terus proses tenun itu lama ya. Jadi lama banget, lamanya pembuatan tenun bisa 3 bulan, dan desain segala macamnya ya 1 tahun lah," katanya.
"Ada retail yang terinspirasi dari keturunannya. Ini terlihat 1 pc per desain. Buat orang yang dipakai sehari-hari ya sesuai tuturlah. Lama banget proses pembuatan karena dipending, kalau banyak matahar i enggak bagus juga warnanya. Hujan juga enggak kering. Jadi kita menunggu cuaca baik," jelasnya.