ERA.id - Bila kamu beranggapan anggota militer di semua negara identik dengan wajah coreng-moreng, baret warna gelap, dan seragam bercorak kamuflase, bisa dipastikan kamu belum mengenal La Legión, unit infantri elite asal Spanyol.
La Legión adalah sebuah unit berisi 8.000 personel dan masuk dalam jajaran Pasukan Reaksi Cepat Spanyol. Didirikan pada Januari 1920, unit La Legión ini dulu dikhususkan menjaga koloni Spanyol di Afrika.
Para anggota unit ini, disebut sebagai 'legiuner', dikenal oleh kekuatan personilnya dan gaya berjalan mereka yang gegas. Di medan laga pasukan ini dikenal dijuluki 'Novios de la muerte' alias Para Pengantin Kematian.
Namun, satu hal yang dikenali dari para legiuner, selain kekuatannya, adalah juga seragam mereka. Tiap legiuner akan tampak memakai baret jumbai dan kemeja dengan kancing atas terbuka. Seluruh pakaian ini berwarna hijau pastel.
Dipadukan dengan badan kekar dan wajah maskulin, tak heran pasukan La Legión mendapat banyak sanjungan, khususnya dari kaum hawa. Apalagi, unit ini sempat dikerahkan ke kota-kota Spanyol selama penanganan pandemi COVID-19. Foto-foto yang beredar luas di media sosial pun mendapat sejumlah komentar menarik dari netizen.
"Spanyol mengerahkan pasukannya untuk memadamkan wabah COVID-19. Sebagai seorang wanita New York saya ingin bicara: Halo, Spanyol, bisakah kalian mengerahkan para legiuner ke New York? Kami akan mematuhi mereka," sebut seorang pengguna Twitter, Jill Filipovic, via Twitter.
Beberapa orang bahkan mengatakan bakal dengan senang hati mengajukan diri untuk diisolasi oleh para tentara 'good looking' ini.
Di tahun 2017, seperti ditulis The Guardian, sosok personel La Legión juga sempat viral di Twitter setelah foto mereka yang macho diunggah. Namun, saat itu komentarnya sedikit 'satir' karena mengaitkan penampilan para tentara dengan kaum lelaki gay.
Dalam sebuah foto yang viral tertulis, "Seragam Legiun Asing Spanyol ini tidak memiliki kancing atas, sehingga mereka terlihat seperti pembunuh paling gay di Eropa."
Dari Fasisme Hingga Obesitas
Memang, para personil La Legión yang bermarkas di tiga tempat ini - di Malaga, Almeria, dan Ceuta, Spanyol - terkesan bertampang metroseksual, lengkap dengan seragam ketat, kalung emas, hingga cambang dan kumis yang menarik. Namun, siapa sangka sejarah mereka kerap dikaitkan dengan paham fasis?
Unit La Legión diciptakan berdasarkan pasukan French Foreign Legion dan sangat erat terkait dengan sosok Francisco Franco, eks perdana menteri Spanyol. Franco pada akhirnya dikenal sebagai pemimpin diktator yang memerintah negara tersebut sejak akhir Perang Saudara 1936-1939.
Baru-baru ini unit La Legión juga sempat menjadi berita karena laporan makin tingginya prosentase personil yang obesitas di pasukan elit ini. Koran El Paso pada 2018 sempat merilis memo yang menyebut unit tersebut perlu berupaya "menurunkan berat badan sejumlah personilnya".
Dokumen itu menunjukkan bahwa 6 persen dari 3.000 personil La Legión didapati memiliki indeks massa tubuh (BMI) 30 atau lebih, sehingga dikategorikan sebagai obesitas. Sejak itu para personil tersebut menjalani pengawasan nutrisi dan menjalani program untuk menurunkan berat badan sebanyak 500 gram hingga 1 kilogram setiap pekannya.
Juru bicara unit tersebut mengatakan program dijalankan pada September 2018 dan didesain untuk meningkatkan kesejahteraan para personilnya.
"Reaksinya sangat positif dan hasil awalnya bagus," kata dia.
"Kami melihat tiap individu termotivasi bahkan dalam menjalani diet ini. Kami sendiri ingin sellau membantu mereka sukses menjalani program ini."
Unit La Legión telah berganti-ganti nama berulang kali. Sempat diposisikan di Maroko sebagi 'Legiun Asing', kini mereka menjadi Legiun Spanyol.
Pasukan ini disebutkan memiliki peran penting dalam pasukan Nasionalis semasa Perang Sipil Spanyol. Setelah berakhirnya era Francisco Franco, La Legión kemudian melakukan sejumlah tur penjagaan di sejumlah negara, mulai dari Yugoslavia, Afghanistan, Irak, hingga bergabung dalam Operation Libre Hidalgo UNIFIL.