Ulos Berpadu Corak Baru, Boru Bawa Konsep Slow Fesyen Angkat Nilai Budaya Batak Bernuansa Etnik

| 30 Apr 2021 21:47
Ulos Berpadu Corak Baru, Boru Bawa Konsep Slow Fesyen Angkat Nilai Budaya Batak Bernuansa Etnik
Koleksi fesyen bernuansa ulos (Dok. Boru)

ERA.id - Indonesia kaya karya dan budaya, negeri yang menawarkan banyak keindahan. Seiring berjalannya waktu, budaya seakan-akan mulai pudar, padahal budaya itu lah yang menjadi identitas bangsa ini.

Guna mengangkat budaya Indonesia lebih tinggi lagi, Boru, brand baru siap membawakan konsep timeless, ethical dan sustainable dengan mengangkat nilai-nilai budaya Batak dari Sumatra Utara.

"Boru telah berkolaborasi dengan sejumlah pengrajin tradisional dan desainer muda untuk memadukan aspek budaya dan fashion. Berkomitmen untuk menjaga lingkungan, kebudayaan lokal dan kesejahteraan pengrajin untuk menciptakan perputaran ekonomi yang terus berkembang, Boru mengambil metode slow fashion dalam produksinya," ujar Kerri Na Basarai, Founder dari Boru dalam sesi webinar peluncuran Boru, baru-baru ini.

Jika fast fashion merupakan model bisnis dengan sistem produksi massal berbiaya rendah untuk memproduksi tren fashion terkini, slow fashion justru sebaliknya. Industri fast fashion kerap menggunakan bahan campuran kimiawi yang sulit terurai, seperti poliester, yang pada akhirnya akan menghasilkan mikroplastik yang dapat berdampak negatif terhadap lingkungan.

Sementara itu, slow fashion menggunakan bahan-bahan produksi yang ramah lingkungan dan bersifat lebih awet dan tahan lama. Boru menunjukkan komitmennya dengan menggunakan benang dengan komposisi 100% katun dan pewarna alami, yang relatif lebih aman dampaknya terhadap lingkungan hidup.

"Boru, Ethical Brand yang mengusung budaya dalam bahasa Batak, ‘Boru’ berarti anak perempuan atau putri. Berangkat dari makna ini, brand Boru ingin menyampaikan pesan tentang identitas warisan individu. Saat ini terdapat pergeseran dalam gerakan yang biasa dilakukan oleh para perempuan muda Batak untuk mempertahankan warisan budaya mereka," sambungnya.

Terinspirasi dari hal tersebut, brand Boru pun mengedepankan tema-tema tentang kemandirian mereka dan bagaimana mereka bangga dalam menjadi diri sendiri.

Boru memulai perjalanannya dari Desember 2020, walaupun sudah dari setahun sebelumnya brand ini memulai pengembangan atas bisnis mereka. BORU terlahir sebagai brand pakaian ready-to-wear yang diproduksi dengan metode slow fashion. Arti dari slow fashion ini adalah penggunaan bahan-bahan eco- friendly dalam produksinya, sehingga menghindari pencemaran dan perusakan lingkungan hidup.

Dengan mengambil posisi sebagai ethical brand yang memadukan aspek budaya dan aspe lingkungan hidup. Boru adalah brand yang memiliki ciri khas memakai kain-kain tenun bermotif budaya Batak dalam kreasinya.

"Setiap kreasi memiliki perjalanan yang berakar dari research and development dan menggunakan sumber daya alam yang dipakai dengan bertanggung jawab, bahkan sejak pemilihan benang, kain mix material dan pewarna alaminya. Tak ketinggalan, ketika akhirnya kreasi tersebut dikembangkan bersama pengrajin dan UMKM di beberapa daerah di Sumatra Utara, Boru pun memperhatian kesejahteraan mereka, sehingga tercipta sustainability yang mapan. Setiap pembelian kreasi dapat mempengaruhi lingkungan hidup dan komunitas dari mana kain tenun itu berasal," paparnya lebih lanjut.

Penggunaan kain tenun asal Sumatra Utara ditekankan akan menjadi ciri khas tersendiri. Bahan tenunnya merupakan hasil karya pengrajin tenun tradisional yang dibina, yang memiliki peranan penting dalam memproduksi kain tenun bermotif ulos dengan craftsmanship yang mengikuti cara lama.

Sebagai langkah awal, mengangkat unsur budaya dari etnis Batak Toba, esensi dari motif ulos, yang dipadukan dengan corak baru dan modernisasi visual tanpa menghapus unsur budaya tersebut.

Koleksi fesyen bernuansa ulos (Dok. Boru)

Koleksi Perdana, Sindar Koleksi perdana yang resmi diluncurkan oleh Boru adalah koleksi pakaian dan aksesoris bernama Sindar. ‘Sindar’ memiliki arti ‘sinar’. Kata ini dipilih sebagai koleksi debut BORU karena setiap pemakai koleksi Sindar seakan-akan menjadi cahaya kecil bagi orang-orang di sekitarnya, dan telah menjadi bagian dari siklus ekonomi karya lokal yang membantu para artisan yang menciptakan koleksi ini.

Motif-motif yang dipakai dalam koleksi ini melambangkan tiga elemen penting dalam budaya Batak, yaitu ‘sinar’, ‘harapan’, dan ‘rumah’. Tak ketinggalan, pola pada kain tenun yang dipakai terinspirasi dari konsep

Mataniari (‘penghidupan’) dan Gorga siTagan (‘saling menolong’). Sindar hadir dalam 3 kategori utama. Ada Sindar Singgah, koleksi indoor; kemudian Sindar Binar, koleksi outdoor; dan Sindar Cita, koleksi khusus untuk perempuan. Memadukan warna cokelat dan biru dalam koleksinya, Sindar menampilkan gaya casual yang down-to-earth. Corak tenunnya netral namun indah, bahkan terkesan modern dan kontemporer. Koleksi ready-to-wear dengan pilihan untuk wanita dan unisex ini sangat cocok dipakai dalam keseharian kita.

"Sindar pun hadir sebagai aksesoris. Ada masker dan hand sanitizer yang senantiasa melindungi kesehatan kita, serta pouch, stationery pouch, agenda cover dan gym bag yang praktis. Bahkan koleksi aksesoris dari Sindar pun mencakup pelengkap rumah seperti pillow cover. Koleksi Sindar tidak hanya manis dipakai di badan, tapi juga untuk dibawa dan dipajang di rumah," tutupnya

Rekomendasi