ERA.id - Anda pasti sudah tidak asing dengan kartun Doraemon, Crayon Shin-chan, dan Spongebob. Itu merupakan animasi-animasi buatan luar negeri, tetapi para dubber membuat suara karakter-karakter di dalamnya sangat akrab dengan telinga masyarakat Indonesia. Apa itu dubber?
Ini merupakan profesi yang kurang mendapat sorotan dari publik, tetapi berperan besar terhadap dunia hiburan Tanah Air. Berbagai karya buatan asing terasa sangat dekat dengan masyarakat Indonesia karena para dubber mampu menyajikan tontonan dengan bahasa Indonesia.
Mengenal Apa Itu Dubber
Dikutip Era dari Inavoice, dubbing merupakan proses pengisian suara terhadap produk-produk yang umumnya dihadirkan dengan proses pelokalan ke bahasa tertentu sesuai target ekspansi produk atau perusahaan tersebut. Produk-produk ini biasanya berupa iklan, opera sabun/telenovela, animasi, profil perusahaan, dan berbagai konten lainnya.
Nah, orang yang melakukan dubbing disebut sebagai dubber. Dalam proses dubbing, dubber dan recording engineer biasanya disibukan dengan lip sync dan time code sync. Lip sync merupakan proses menyamakan teks yang dibaca oleh dubber menggunakan gerak bibir video yang berjalan. Sementara, time code sync merupakan proses menyamakan durasi bacaan yang perlu di-dubbing dari bacaan aslinya kepada hasil naskah lokalisasinya.
Dengan kata lain, dubbing merupakan proses sulih suara yang melekat dalam proses pelokalan konten. Pelokalan konten memiliki tujuan yang beragam, seperti memperluas distribusi konten (ke berbagai negara); pembelian program televisi, misalnya kartun/animasi dan opera sabun untuk di distribusikan ke masyarakat lokal; serta ekspansi perusahaan untuk memasarkan produk secara global.
Sejarah Dubbing di Indonesia
Di Indonesia, dubbing mulai dikenal sejak industri film Tanah Air mulai berkembang. Industri film dengan dialog di Indonesia mulai aktif dan berkembang sejak akhir 1950-an.
Pada masa tersebut banyak rumah produksi yang hadir dan memproduksi berbagai film. Hingga 1990-an, semua produksi film di Indonesia mesti melewati proses dubbing (perekaman suara dalam studio) sebab field recording system belum umum di Indonesia.
Produksi pada tahun-tahun tersebut cukup terlihat bahwa kerap terjadi permasalahan produksi, seperti tidak lip sync (ketidakselarasan antara gerakan bibir dengan dialog) dan suara terkesan “tempelan” pada konten video (tidak menyatu sebagai kesatuan).
Ketika field recording system berkembang, pekerjaan dubbing film mulai ditinggalkan. Yang tersisa adalah teknik ADR. ADR (automated dialog replacement) merupakan proses mengganti suara field recording atau perekaman suara di lapangan dari sebuah produksi audio visual yang dilakukan saat perekaman suara terganggu oleh noise-noise, seperti environment noise, ambience noise, room noise, dan electrical noise.
Hal tersebut menunjukkan bahwa terjadi pergeseran pemanfaatan dubbing jika dilihat dari sudut perkembangan industri perfilman Tanah Air. Di Indonesia, dubbing pertama kali digunakan sebagai cara untuk mengisi suara dalam film sebab alat untuk merekam suara di lapangan belum ada.
Sementara, saat ini dubbing menjadi peranti pelokalan konten dan produk luar negeri supaya bisa didistribusikan serta diterima masyarakat Indonesia. Itulah berbagai informasi yang bisa dijelaskan dari apa itu dubber dan perkembangan dubbing di Indonesia.