Peringati Hari Kanker Sedunia, Kisah Inspiratif Perjuangan Orang Tua di Sumut Berjuang Obati Anak dari Kanker Darah

| 05 Feb 2023 18:45
Peringati Hari Kanker Sedunia, Kisah Inspiratif Perjuangan Orang Tua di Sumut Berjuang Obati Anak dari Kanker Darah
Anak-anak penderita kanker mengikuti kegiatan peringatan Hari Kanker Sedunia di Rumah Dinas Gubernur Sumut, Jalan Sudirman Medan, Minggu (5/2/2023). (Pemprov Sumut).

ERA.id - Setiap tanggal 4 Februari diperingati sebagai Hari Kanker Sedunia atau World Cancer Day. Adapun Hari Kanker Sedunia tahun 2023 ini mengusung tema 'Menutup Kesenjangan Perawatan atau Close The Care Gap'.

Yayasan Kanker Indonesia (YKI) Sumatera Utara (Sumut) menggelar kegiatan memperingati Hari Kanker Sedunia di Rumah Dinas Gubernur Sumut, Jalan Sudirman Medan, Minggu (5/2/2023). Mereka mengundang anak-anak penderita kanker untuk mengikuti serangkaian kegiatan hiburan yang berlangsung di Aula Tengku Rizal Nurdin.

Anak-anak penderita kanker ini diberikan tontonan pertunjukan sulap dan hiburan oleh badut pahlawan super. Selain itu, mereka juga diberikan beberapa hadiah dan motivasi.

Pada kesempatan ini, salah seorang orang tua anak menceritakan kisahnya berjuang mengobati anaknya yang divonis kanker darah. Deston Sigalingging berserta istri mengaku sangat terpukul mendengar vonis tersebut terlebih anaknya masih berusia tiga tahun.

Bahkan, Deston bersama istrinya mengaku sangat tertekan dan stres mengetahui anaknya menderita kanker darah. Kendati, warga warga Tanjungpura, Kabupaten Langkat, Sumut, ini kembali termotivasi setelah mendapat kabar bahwa kanker darah yang diderita anaknya masih bisa disembuhkan.

Deston menyebut setidaknya dirinya bersama sang istri harus ke Kota Medan seminggu sekali. Dia bersama sang istri membawa anaknya berobat ke Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Haji Adam Malik Medan, dengan menggunakan angkutan kota (angkot).

"Di awal bulan, sejak divonis dokter kanker putri kami, kami sangat tertekan dan sangat merasakan stres. Karena kami harus rutin sekali dalam seminggu ke Rumah Sakit Adam Malik Medan, untuk kemoterapi," ungkapnya.

Deston memperkirakan proses pengobatan sudah berjalan kurang lebih selama empat tahun. Dirinya bersama sang istri kemudian mendapat kabar gembira saat usia putrinya tersebut menginjak tujuh tahun.

Dokter menyatakan putri Deston telah sembuh dari kanker darah. Sedangkan perawatan saat ini, putrinya harus melakukan cek darah secara rutin enam bulan sekali.

"Kini kondisinya syukur, semua lancar, setiap cek darah hasilnya sudah bagus, sudah sembuh secara medis, nol persen kankernya," tukas Deston.

Sementara, Ketua YKI Sumut Nawal Lubis turut memberi motivasi kepada anak-anak penderita kanker. Nawal menekankan, motivasi dan semangat merupakan hal yang penting bagi penyembuhan pasien kanker selain pengobatan.

"Anak-anakku, terus semangat ya, kita para orang tua juga harus terus memberi semangat pada anak-anak kita ini, pasti ada jalan," ujar Nawal.

Nawal mengajak seluruh masyarakat Sumut untuk mau melakukan deteksi dini kanker karena jika diagnosa dilakukan sebelum stadium lanjut perawatan maupun pengobatan akan lebih murah dan mudah. Istri Gubernur Sumut Edy Rahmayadi ini mengatakan bahwa selama ini banyak pasien kanker baru didiagnosis saat sudah stadium lanjut.

"Untuk itu, kami terus mengajak masyarakat Sumut untuk melakukan deteksi dini kanker, kami juga akan terus menyosialisasikan dan mengedukasi masyarakat mengenai kanker," kata Nawal.

Ketua YKI Pusat, Aru Sudoyo mengatakan, kesempatan anak-anak sembuh anak sangat besar, terutama yang mengidap kanker darah atau leukimia. Kanker yang paling banyak diderita anak-anak di Indonesia adalah kanker darah.

"Kalau pasien anak itu tak bisa dibilang karena lingkungan, mereka masih muda, mereka (anak-anak) sudah ada sebuah kelemahan, dimana dalam waktu singkat sudah jadi (kanker), tapi rata-rata anak ini masih bisa sembuh, anak-anak ini banyak yang sembuh," kata Aru.

Selain itu, Aru juga mengungkapkan, penyebab utama kanker pada orang dewasa diakibatkan beberapa hal. Di antaranya asap rokok, kurangnya olahraga dan pola makan yang salah.

"Penyebab paling utama adalah rokok, dan kita masih belum berhasil mengalahkan hal tersebut di masyarakat," pungkas Aru.

Rekomendasi