ERA.id - Memasuki usia senja, sejumlah lansia umumnya mengalami kesulitan menelan akibat penurunan kekuatan otot leher. Kesulitan ini bisa diatasi dengan latihan atau terapi untuk mengatasi masalah tersebut.
Menurut dr Tirza Z. Tamin, Sp.KFR (K), perwakilan Perhimpunan Osteoporosis Indonesia (PEROSI), kebanyakan dari orang tua yang sudah memasuki usia lanjut akan mengalami fase kesulitan menelan. Tirza menyarankan agar para lansia berhati-hati agar tidak tersedak.
"Orang tua kita jangan buru-buru kalau makan. Kesedak itu hati-hati, nanti masuk ke paru-paru, bisa menimbulkan mortality atau kematian. Karena penurunan massa otot leher terjadi dan kekuatan ototnya menurun," ujar Tirza dikutip Antara.
Tirza yang tergabung dalam Kelompok Staf Medis Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi RSCM itu mengatakan dokter dapat melakukan penilaian untuk melihat kekuatan otot leher lansia. Nantinya, mereka bisa memberikan rekomendasi lansia untuk menjalani latihan menelan yang aman untuk menguatkan otot-otot leher.
Seperti disiarkan WebMD, ada sejumlah latihan yang bisa dilakukan salah satunya dengan berusaha mengumpulkan air liur atau saliva di mulut ke tengah lidah, kemudian tutup rapat bibir dan telan semua air liur sekaligus seperti menelan minuman.
Cara lainnya yakni dengan berbaring telentang di permukaan yang rata, lalu pastikan bahu menghadap ke permukaan dan jangan gunakan bantal atau sandaran kepala.
Langkah berikutnya angkat kepala seolah-olah sedang mencoba melihat kedua kaki kemudian turunkan kembali kepala ke permukaan. Ulangi gerakan ini sebanyak 30 kali kemudian istirahat selama dua menit.
Seseorang hanya boleh melakukan latihan menelan ini di bawah pengawasan seorang profesional medis. Jika nanti mengalami rasa sakit atau ketidaknyamanan yang signifikan saat melakukan latihan ini, maka segera hentikan latihan dan beri tahu dokter atau terapis fisik.
Tirza menambahkan, selain sulit menelan masih ada beberapa masalah yang juga dapat dialami lansia antara lain sulit menahan buang air besar (BAB) dan buang air kecil (BAK), gangguan intelektual, infeksi, gangguan pendengaran, penglihatan dan penciuman, malnutrisi, depresi dan gangguan seksual.