Tinggi Badan Berhenti di Usia Berapa? Ini Penjelasannya

| 27 Aug 2023 19:00
Tinggi Badan Berhenti di Usia Berapa? Ini Penjelasannya
Ilustrasi pertumbuhan tinggi anak (pexels)

ERA.id - Peningkatan tinggi badan anak terjadi secara maksimal saat memasuki masa pubertas. Secara umum, pertumbuhan anak berhenti saat berakhirnya pubertas. Lalu, tinggi badan berhenti di usia berapa?

Umumnya penambahan tinggi badan tidak terjadi lagi setelah melewati masa pubertas, tetapi tingkat masa pubertas setiap anak tidak sama. Dikutip Era.id dari Medicalnewstoday, masing-masing individu tumbuh pada tingkat yang berbeda, masa awal dan akhir pubertas setiap individu juga tidak sama.

Pubertas bisa terjadi selama 2 hingga 5 tahun. Dengan kata lain, memprediksi masa akhir pubertas kadang tidaklah mudah.

Tinggi Badan Berhenti di Usia Berapa?

Seperti telah disampaikan, umumnya pertumbuhan tinggi badan berakhir saat seorang anak melepas masa pubertas. Sementara, masa pubertas laki-laki dan wanita tidaklah sama.

Proses bertambahnya tinggi badan laki-laki dan wanita biasanya butuh waktu 2 hingga 5 tahun sejak masa awal pubertas. Jadi, pada rentang waktu tersebut pertumbuhan anak akan terjadi secara pesat.

Mengukur tinggi badan (pexels)

Secara umum, pertumbuhan tinggi badan anak laki-laki dimulai saat berusia 13-an tahun. Diperkirakan, batas akhir pertumbuhan tinggi terjadi ketika anak menginjak usia 17 atau 18 tahun.

Sementara, biasanya pertumbuhan tinggi badan wanita dimulai saat 6–12 bulan sebelum menstruasi, saat usianya sekitar 11-an tahun. Diperkirakan, batas akhir pertumbuhan tinggi terjadi saat anak menginjak usia 15 atau 16 tahun.

Namun, seseorang masih bisa mengalami peningkatan tinggi badan meski berusia lebih dari 20 tahun, yaitu ketika lempeng epifisis (tempat tumbuhnya tulang) masih terbuka. Pertumbuhan pada usia tersebut tidak pesat layaknya anak usia pubertas.

Faktor yang Mempengaruhi Tinggi Badan

1. Faktor genetik

Dilansir Mayo Clinic, ilmuwan memperkirakan, sekitar 80% tinggi badan individu ditentukan variasi urutan DNA yang diwariskan orang tua. Namun, hal ini sulit digunakan untuk memprediksi berapa tinggi badan ideal yang akan dicapai ketika dewasa.

Variasi faktor genetik juga bisa menyebabkan tinggi badan setiap anak berbeda meski bersaudara kandung. Batas pertumbuhan tinggi juga dipengaruhi mekanisme biologis, misalnya hormon dan faktor lingkungan.

2. Datangnya masa pubertas

Masa pubertas dini atau malah terlambat bisa berpengaruh terhadap pertumbuhan tinggi badan. Pubertas dini adalah pubertas yang dimulai saat anak berusia sekitar 8–9 tahun (perempuan) dan 11–12 (laki-laki).

Pubertas terlambat merupakan pubertas yang dimulai saat anak berusia di atas usia 13–14 tahun atau lebih lambat dibandingkan anak seusianya.

3. Nutrisi selama di kandungan

Pertumbuhan dimulai sejak anak masih di dalam kandungan. Nutrisi selama masa kehamilan harus diperhatikan sebab ibu hamil yang kekurangan nutrisi bisa menyebabkan masalah kekurangan gizi pada anak, seperti stunting.

4. Nutrisi selama masa pertumbuhan

Anak kekurangan gizi tidak memiliki tinggi dan kekuatan yang sama dengan anak yang gizinya terpenuhi. Kemudian, anak dengan berat badan berlebih dan obesitas cenderung punya tingkat pertumbuhan lebih rendah.

Oleh sebab itu, orang tua perlu menakar dan mengatur asupan gizi anak selama masa pertumbuhan dengan baik. Dengan demikian, pertumbuhan anak bisa terjadi secara optimal. Anak dengan kebutuhan gizi harian terpenuhi lebih berpotensi mencapai tinggi badan maksimal.

5. Aktivitas

Proses pertumbuhan tinggi badan anak bisa dimaksimalkan dengan aktivitas fisik. Aktivitas fisik untuk menambah tinggi badan bisa rutin dilakukan sejak masa awal pubertas dan selama lempeng epifisis masih terbuka.

Perangsangan sel-sel pertumbuhan pada lempeng epifisis bisa dilakukan melalui aktivitas fisik, misalnya stretching, renang, dan olahraga peninggi badan yang lain. Cara ini memang masuk dalam faktor lingkungan dengan persentasi kecil, tetapi tetap baik untuk dilakukan. 

Rekomendasi