ERA.id - Halusinasi dan delusi adalah dua fenomena yang seringkali disalah pahami dan digunakan secara bergantian. Lantas apa perbedaan halusinasi dan delusi?
Dalam artikel ini, kita akan membedah perbedaan halusinasi dan delusi, serta mengeksplorasi karakteristik unik dari masing-masing fenomena tersebut.
Perbedaan Halusinasi dan Delusi
Dilansir dari Healthline, halusinasi dan delusi sering kali digolongkan sama ketika berbicara tentang berbagai penyakit atau kondisi, padahal keduanya berbeda.
Meskipun halusinasi dan delusi adalah bagian dari kenyataan palsu, namun halusinasi adalah persepsi sensorik, sementara delusi adalah keyakinan palsu.
Sebagai contoh, ketika seseorang mengalami halusinasi maka dia bisa melihat seseorang yang sebenarnya tidak ada atau mendengar suara orang berbicara saat sebenarnya tidak ada siapa-siapa di sekitar.
Sementara itu, contoh orang yang mengalami delusi adalah ketika mereka berpikir jika dirinya adalah selebriti, padahal sebenarnya tidak.
Kadang-kadang penyakit atau kondisi medis dapat menyebabkan halusinasi dan/atau delusi, atau bahkan psikosis. Penyakit-penyakit ini meliputi:
● Penyakit Parkinson
● Penyakit Huntington
● tumor otak
● beberapa bentuk demensia, seperti penyakit Alzheimer
● sifilis
● HIV
● beberapa bentuk epilepsi
● stroke
● penggunaan atau penarikan zat
Maka dari itu, dengan mengetahui penyebab mendasar dari halusinasi dan/atau delusi penting, karena diagnosis yang akurat akan membantu membimbing pengobatan.
Apa itu halusinasi?
Halusinasi adalah pengalaman sensorik ketika seseorang menganggap nyata padahal sebenarnya tidak. Halusinasi bisa disebabkan oleh obat-obatan, penggunaan zat, atau kondisi medis atau kesehatan mental tertentu.
Halusinasi bisa bersifat visual, olfaktori (indra penciuman), gustatori (indra pengecap), pendengaran, atau halusinasi taktil.
Sebagai contoh, seseorang mungkin merasa ada serangga di kulit mereka, mendengar seseorang berbicara pada mereka, melihat sesuatu yang sebenarnya tidak ada, atau bahkan mencium sesuatu yang tidak ada.
Kondisi medis yang bisa menyebabkan halusinasi termasuk:
● penggunaan zat
● kesehatan mental
● kurang tidur
● obat-obatan
● migren
● kejang
● isolasi sosial
● tuli, buta, atau masalah penglihatan
● epilepsi
● demam tinggi
Apa itu delusi?
Delusi adalah keyakinan yang jelas salah dan merupakan gejala gangguan berpikir. Selain itu, keyakinan dalam delusi tidak dapat dijelaskan oleh latar belakang budaya atau agama.
Delusi sendiri tidak ada hubungannya dengan kecerdasan seseorang yang mengidap. Keyakinan-keyakinan pengidap tetap ada meskipun ada bukti sebaliknya dan meskipun hampir semua orang lain berpikir sebaliknya.
Delusi dapat berhubungan dengan hampir apa saja, tetapi jenis delusi umum meliputi:
● delusi persekusi
● delusi perselingkuhan
● delusi cinta
● delusi kebesaran
● delusi agama
● delusi bersalah atau tidak berharga
● delusi nihili
Selain itu, terdapat beberapa kondisi yang dapat menyebabkan delusi meliputi; skizofrenia, psikosis afektif, dan psikosis bipolar.
Pengobatan pada Penderita Halusinasi dan Delusi
Pengobatan untuk halusinasi tergantung pada penyebabnya. Obat-obatan dapat digunakan, bersama dengan konseling.
Obat-obatan tertentu yang akan diresepkan tergantung pada apa yang menjadi gejala dari halusinasi tersebut. Konseling juga dapat membantu Anda memahami apa yang sedang Anda alami.
Namun jika halusinasi disebabkan oleh obat, dokter Anda mungkin akan mengurangi dosis obat tersebut atau menghentikannya.
Sementara itu, terapi kognitif perilaku (CBT) adalah cara efektif untuk mengobati delusi. Terapi CBT adalah proses yang melibatkan membangun hubungan dengan profesional kesehatan mental, mengenali bagaimana delusi mempengaruhi, dan menerapkan strategi CBT.
Jika delusi adalah bagian dari psikosis, CBT sering digunakan bersamaan dengan obat antipsikotik.
Selain perbedaan halusinasi dan delusi, ikuti artikel-artikel menarik lainnya juga ya. Ingin tahu informasi menarik lainnya? Jangan ketinggalan, pantau terus kabar terupdate dari ERA dan follow semua akun sosial medianya! Bikin Paham, Bikin Nyaman…