Kadar Kolesterol Tinggi pada ASI Bisa Melindungi Bayi dari Risiko Penyakit Degeneratif

| 31 May 2024 16:10
Kadar Kolesterol Tinggi pada ASI Bisa Melindungi Bayi dari Risiko Penyakit Degeneratif
Ilustrasi ibu menyusui (Freepik)

ERA.id - Air susu ibu alias ASI tak cuma dapat menjadi penunjang kebutuhan nutrisi untuk si kecil. Lebih dari itu, guru besar bidang ilmu gizi kesehatan masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Prof Dr drg Sandra Fikawati, MPH mengatakan ASI juga bisa melindungi bayi dari penyakit degeneratif.

Terutama pada kadar kolesterol yang tinggi dalam air susu ibu (ASI), pemberian ASI secara eksklusif dapat mengurangi bayi terkena risiko penyakit degeneratif yang cukup signifikan. 

"Kalau ibu-ibu tidak memberikan ASI eksklusif 6 bulan kepada anaknya, itu bukan pengaruhnya hanya 6 bulan, tapi berdampak terus sampai dia dewasa," kata Fikawati seperti dikutip Antara.

Kata dokter Fikawati, pemberian ASI eksklusif itu bertujuan agar anak memiliki ketahanan terhadap kolesterol. Ketika sejak dini tidak diberi ASI, maka tubuhnya menjadi lebih rentan hingga si kecil tumbuh dewasa.

"Jadi, bukan sekadar oh anak itu tumbuh, sudah lah 6 bulan itu terlewat, selesai, dia nanti sama kok dengan anak-anak yang lain-lain, tidak seperti itu. Kemampuannya sudah berbeda dengan anak yang lain," kata Fikawati.

ASI memang mengandung lebih tinggi kolesterol dibandingkan dengan susu biasa, atau bahkan susu formula. Susu formula adalah susu dari sapi yang dibuat untuk mencukupi gizi manusia atau anak kurang dari 1 tahun.

Tubuh membutuhkan kolesterol untuk membangun sel-sel sehat tapi kadar kolesterol yang tinggi, di atas ambang batas tolerir sebesar 200 mg/dL, dapat meningkatkan risiko penyakit jantung.

Jika memang anak telanjur melewati fase pemberian ASI eksklusif, Fikawati menganjurkan kepada ibu meningkatkan pengawasan indeks massa tubuh pada anak, agar tidak boleh lebih dari angka 25, agar anak tidak dikategorikan obesitas.

Ia mengajarkan cara menghitung indeks massa tubuh, yaitu berat badan (dalam kilogram) dibagi nilai kuadrat dari tinggi badan (dalam meter, bukan sentimeter).

"Misalnya berat badan saya 55 kilogram dibagi 1,54 meter kuadrat (1,54 kali 1,54), berapa hasilnya nanti tidak boleh dari 25. Kalau lebih dari 25 berarti itu obesitas," kata Fikawati.

Rekomendasi