Cegah Stunting dengan Stimulasi Bayi yang Tepat Sejak Lahir, Gimana Caranya?

| 26 Jun 2024 15:25
Cegah Stunting dengan Stimulasi Bayi yang Tepat Sejak Lahir, Gimana Caranya?
Ilustrasi stimulasi bayi untuk cegah stunting (Freepik)

ERA.id - Gangguan pertumbuhan pada anak atau stunting seringkali dipahami penyebabnya adalah faktor nutrisi atau kekurangan gizi. 

Padahal lebih dari itu, masih banyak faktor lain yang dapat memengaruhi kondisi anak stunting. Mulai dari faktor lingkungan, kesehatan tubuh, pola asuh hingga stimulasi sejak 1000 hari kelahiran buah hati. 

Sebagai orangtua, berbagai upaya pencegahan stunting penting untuk dipahami selain aspek nutrisi, salah satunya pemberian stimulasi yang tepat sejak bayi baru lahir. 

Dr. Hastaning Sakti. M.Kes, Psikolog dari Fakultas Psikologi Undip menjelaskan, stimulasi yang tepat pada bayi merupakan salah satu kunci penting dalam mempromosikan perkembangan otak yang sehat dan optimal. 

"Memang, stimulasi pada bayi tidak berdampak langsung pada kasus stunting. Tapi paling tidak, risiko stunting dengan pendekatan rangsangan sejak lahir dapat berkurang dengan pengasuhan dan stimulasi tepat sejak bayi," 

Demikian ungkap Dr. Hastaning dalam acara "Pemberdayaan Kelompok Masyarakat Di Kampung Kb dalam Rangka Percepatan Penurunan Stunting" di Ungaran, Semarang, Jawa Tengah, Rabu (26/6/2024). 

Peran aktif orangtua dalam memberikan stimulasi yang kaya dan bervariasi dapat mempercepat perkembangan kognitif, bahasa, dan motorik bayi yang pada gilirannya dapat mencegah terjadinya stunting. 

Kata Dr. Hastaning, langkah awal memberikan rangsangan atau stimulasi pada bayi dapat dilakukan sejak bayi baru lahir, misalnya dengan skin to skin bersama bayi. 

Skin to skin
Ilustrasi skin to skin (Freepik)

"Ibu-ibu kalau lahiran usahakan suaminya diajak ya. Begitu bayi baru lahir, ibu kan dibersihkan sama tim medis, nah peran suami yang sudah bersih (mandi) sebaiknya langsung mendekap si anak," tambah Dr. Hastaning. 

Cara ini bertujuan agar bayi dapat menyesuaikan diri dengan interaksi dunia luar melalui detak jantung si ayah. Sebab, lanjut Hastaning, ketika di dalam kandungan bayi sudah terbiasa mendengarkan detak jantung sang ibu. 

"Ini termasuk sebagai stimulasi awal yang memberikan pengalaman sensorik untuk perkembangan otak awal," ungkapnya. 

Kemudian stimulasi atau rangsangan sensorik lain yang tak kalah penting adalah tidak memberikan sarung tangan kepada si kecil. 

Langkah ini bertujuan agar bayi dapat merasakan stimulasi di ujung saraf pada jemarinya. Jika khawatir kuku anak melukai dirinya sendiri, orangtua bisa memangkas kuku dan membiarkan anak mengeksplorasi apa pun dengan tangannya secara langsung. 

"Di bagian ujung jari ada saraf yang dapat menghadirkan pengalaman sensorik. Itu bisa memengaruhi tingkat kecerdasan anak lho," 

"Kalau dibungkus tangannya pakai sarung bayi seperti itu justru dapat menghambat perkembangan otaknya karena tidak ada stimulasi yang bisa dieksplorasi," tuturnya. 

Namun agar pencegahan stunting lebih optimal, kombinasi dari nutrisi dan stimulasi yang kaya dapat menjadi langkah yang efektif. 

Stimulasi sensorik dan kognitif seperti menyanyikan lagu, berbicara dengan bayi, dan memberikan rangsangan visual membantu meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan mereka.

Seiring waktu, orangtua juga dapat memberikan kegiatan stimulasi ke dalam rutinitas harian si kecil dengan berbicara, bermain, dan memberikan perhatian yang positif kepada bayi mereka. 

Dengan melibatkan diri secara aktif dalam stimulasi sejak dini, orangtua dapat membantu memastikan anak mereka memiliki fondasi yang kuat untuk tumbuh menjadi individu yang sehat dan berkembang dengan baik secara fisik maupun mental.

Rekomendasi