ERA.id - Penggunaan kontrasepsi di kalangan pekerja secara signifikan dapat berkontribusi dalam meningkatkan kesejahteraan keluarga.
Setidaknya hal itu disampaikan DR. Drs. Wahidin. M.Kes, Deputi Bidang Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi dalam rangkaian peringatan Hari Keluarga Nasional (Harganas) ke-31 di Semarang, Jawa Tengah.
Menurutnya, dalam meningkatkan kesejahteraan tenaga kerja ternyata cukup banyak unsur yang menjadi indikator.
Hal ini pun tak cuma berbicara tentang penghasilan atau gaji semata. Tetapi, pelayanan seperti fasilitas kesejahteraan pekerja melalui kontrasepsi atau KB (Keluarga Berencana) dan kesehatan reproduksi yang seharusnya menjadi hal penting untuk tersedia di setiap perusahaan.
"Pelayanan KB bukan hanya menguntungkan karyawan saja, tapi bisa memberi dampak positif bagi perusahaan dan ujungnya, dapat berkontribusi pada kesejahteraan karyawan juga," kata Wahidin, di PT SAMI, Semarang, Jawa Tengah, baru-baru ini.
Kata Wahidin, alat kontrasepsi pada dasarnya dapat membawa dampak positif bagi kedua belah pihak. Dalam hal ini, hubungan antara karyawan dan perusahaan.
Idealnya, alat kontrasepsi dapat membantu para suami dan istri pekerja untuk menunda atau memberi jarak kehamilan di lingkup keluarga.
Dengan begitu, bagi perusahaan, kondisi tersebut secara tidak langsung membuat pekerja tidak mengambil cuti hamil, bersalin dan lain sebagainya.
Secara tidak langsung hal tersebut dapat menunjang produktivitas pekerja yang pada gilirannya berkontribusi dalam menunjang produktivitas perusahaan.
"Para pekeeja harapannya supaya anak bisa dibatasi atau diberi jarak. Idealnya 2 atau tiga anak cukup, kenapa begitu? Dengan anak sedikit karyawan bisa kerja secara optimal dan lebih tenang," tutur Wahidin.
Di sisi lain, karyawan atau pekerja yang mampu menunda kehamilan serta jarak memiliki anak yang ideal juga dapat meningkatkan kesejahteraan keluarga.
Keluarga yang memiliki perencanaan baik, pekerja memiliki lebih banyak kesempatan untuk mengalokasikan sumber daya mereka ke pendidikan, kesehatan, dan perkembangan pribadi lainnya.
Ini dapat meningkatkan kualitas hidup mereka dan keluarga secara keseluruhan.
"Karena kalau jumlah anaknya sekian (terencana) nantinya relatif untuk kebutuhan keluarga bisa dipenuhi dengan baik," jelasnya.
Lain hal jika karyawan tidak merencanakan keluarga melalui kontrasepsi. Terlebih bagi pekerja dengan pendapatan terukur atau anaknya terlalu banyak atau dekat.
Segala kebutuhan yang ditanggung pekerja yang bersangkutan mungkin dapat mengganggu konsentrasi kerja dan pada gilirannya produktivitas menurun.
Hal itu tentu saja dapat berdampak bagi perusahaan yang nantinya dapat merugikan pekerja itu sendiri.
"Saat ini antara karyawan dan perusahaan saling berkaitan," tutupnya.