ERA.id - Dalam sebuah video konferensi pers yang beredar di media sosial sejak pertengahan Oktober 2020, organisasi World Doctors Alliance (alias 'aliansi dokter dunia') mengklaim bahwa COVID-19 hanyalah "sebuah virus flu biasa". Benarkah demikian?
Pada dasarnya, klaim tersebut tidak akurat.
Mengatakan bahwa virus SARS-CoV-2, yang mengakibatkan gejala COVID-19, sebagai virus flu adalah tidak tepat. Seperti telah dijelaskan organisasi Health Feedback, flu dan COVID-19 adalah dua penyakit pernafasan yang diakibatkan oleh dua virus yang berbeda kelompok (familia).
Seperti umumnya makhluk hidup yang bisa dikategorikan berdasarkan taksonomi biologi, virus SARS-CoV-2 masuk dalam kelompok virus Coronaviridae, genus Betacoronavirus dan subgenus Sarbecovirus. Klasifikasi ini persis sama dengan SARS-CoV-1, yang menyebabkan wabah SARS tahun 2003-2005 lalu.
Sama seperti anggota kelompok Coronaviridae, genom SARS-CoV-2 hanya mengandung satu elemen RNA, atau asam ribonukleat yang merupakan tempat penyimpanan 'kode' genetik virus.
Sementara itu, flu disebabkan oleh sejumlah virus influenza, yaitu Alphainfluenzavirus, Betainfluenzavirus, Deltainfluenzavirus, dan Gammainfluenzavirus. Mereka semua masuk dalam kelompok Orthomyxoviridae.
Genom virus influenza juga sama-sama terbuat dari RNA, namun, berbeda dengan kelompok Coronaviridae, jumlah RNA mereka tidak tunggal, melainkan terbagi-bagi ke dalam beberapa segmen.
Perbedaan elemen ini menunjukkan bahwa virus SARS-CoV-2 bukanlah virus influenza, dan COVID-19 bukanlah penyakit flu biasa.
Di sisi lain, flu dan COVID-19 berbeda dalam hal durasi infeksi dan gejala yang ditunjukkan. Mereka juga berbahaya bagi kelompok umur yang berbeda, seperti dikatakan Pusat Pengendalian Penyakit (CDC) Amerika Serikat.
Contohnya, hilangnya sensitivitas indra penciuman erat dihubungkan dengan COVID-19, sementara gejala ini tidak nampak pada penyakit flu.
Pada akhirnya, tidaklah akurat, secara virologi dan klinis, untuk menyebut COVID-19 sebagai suatu jenis flu.