Terungkap! Bio Farma Beberkan Biaya Tes PCR Covid-19, Ambil Untung 10 Persen

| 09 Nov 2021 15:57
Terungkap! Bio Farma Beberkan Biaya Tes PCR Covid-19, Ambil Untung 10 Persen
Ilustrasi (Shutterstock)

ERA.id - Direktur Utama PT Bio Farma Honesti Basyir mengungkapkan, harga tes polymerase chain reaction (PCR) akan terus turun seiring berjalannya waktu.

Honesti mengatakan, terdapat beberapa faktor yang menyebabkan harga tes PCR terus turun. Salah satunya yaitu jika suplai di dalam negeri semakin banyak.

"Saya berkeyakinan, dengan semakin banyak suplai dalam negeri, mungkin harga ini bisa kita turunkan sampai level tertentu," ujar Honesti dalam rapat dengan Komisi VI DPR RI, Selasa (9/11/2021).

Selain itu, harga tes PCR juga bisa ditentukan dengan semakin berkembangnya model mesin dan reagen PCR yang digunakan untuk melukan uji laboratorium.

Bio Farma yang merupakan perusahaan BUMN holding Farmasi saat ini memiliki tiga produk alat diagnosa tes PCR. Antara lain yaitu BioVTM, mBioCov, dan BioSaliva.

Untuk mBioCov, kapasitas produksinya mampu mencapai 2,4 juta tes setiap bulan dan ditargetkan meningkat menjadi 5 juta tes dalam satu bulan. Menurut Honesti, tujuan Bio Farma memproduksi produk-produk itu untuk mengurangi ketergantungan impor yang akan berdampak pada penurunan harga.

Apalagi harga reagen yang menjadi komponen penting dalam tes PCR cukup mahal.

"Struktur cost terbesar itu dari reagen utamanya," kata Honesti.

Selain ada biaya produksi dan bahan baku, ada pula biaya operasional 16 persen. Berikutnya biaya distribusi yang termasuk margin distributor 14 persen, royalti 5 persen dan margin atau keuntungan sebesar 10 persen.

Lebih lanjut, Honesti mengapresiasi langkah pemerintah yang kini berani menetapkan batasan harga teringgi untuk tes PCR. Seperti diketahui, saat ini layanan tes PCR dibandrol sebesar Rp275 ribu untuk wilayah Jawa-Bali dan Rp300 ribu untuk luar Jawa-Bali.

Menurutnya, pemerintah memang harus mengatur batasan harga tertinggi sehingga bisa dijangkau oleh masyarakat. Sebab, jika diserahkan ke mekanisme pasar maka memunculkan ketidakstabilan harga.

"Kita mungkin ingat di awal-awal pandemi, harga ini kan sangat bervariasi karena memang tidak ditetapkan oleh pemerintah, ada yang sampai Rp 3,5 juta, ada yang Rp2,5 juta karena kebanyakan dari lab mereka juga mem-bundling servis ini, tidak hanya murni tes PCR tapi juga ada foto thorax," kata Honesti.

"Tapi alhamdulillahnya menurut saya pemerintah kemudian mengambilalih ini dan menetapkan harganya," pungkasnya.

Rekomendasi