Si Komo Hilang, Komodo Terancam

| 28 Oct 2020 20:00
Si Komo Hilang, Komodo Terancam
Si Komo dan Dompu (Youtube)

ERA.id - Karena komodo dan habitatnya di Flores NTT sudah banyak dibahas warganet, mungkin ada baiknya kita mengingat Si Komo, komodo lucu ciptaan Seto Mulyadi alias Kak Seto.

Anak 90-an pasti tidak asing dengan tokoh komodo yang populer lewat serial televisi berjudul Si Komo ini. Komodo lucu yang karib disapa Si Komo oleh Kak Seto ini, pernah dihubungkan dengan kemacetan di Jakarta.

Apa sih sebabnya? ya, gara-gara dia lewat cuma karena mau lihat pembangunan yang merata. Kocak. Potongan lagunya seperti ini. "Macet lagi, macet lagi. Gara-gara Si Komo lewat." Ingat kan?

Pernah suatu kali, Kak Seto mengaku selalu mendapat masukan untuk menghidupkan lagi tokoh komodo lucu itu. Pasalnya anak generasi 90-an sangat ingin bernostalgia dengan Si Komo.

“Sudah banyak masukan ayo dimunculkan kembali  karena mereka rindu pada nostalgia, dan kedua mereka anggap anak-anaknya juga perlu menyaksikan,” ujar pria yang akrab disapa Kak Seto dikutip dari JawaPos.com.

Kak Seto berharap, pemerintah lewat Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), serta Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PP-PA), ikut membantu menghidupkan kembali tokoh tersebut.

Kak Seto bilang, pemerintah bisa mensponsori Si Komo sehingga bisa kembali muncul di televisi. Mengingat tayangan tersebut penuh pesan edukasi. “Dana cukup besar yang dipunya pemerintah. Bisa kok mensponsori,” katanya.

Ucapan Kak Seto masuk akal. Alasannya, saat ini tayangan televisi belum memihak kepada anak. Televisi didominasi sinetron dan film remaja dan orang dewasa.

Efeknya? Sikap anak diubah sedemikian rupa oleh wajah industri. “Karena tayangan untuk anak masih kurang sekali. Jadi mohon ini juga menjadi kepedulian pemerintah,” ungkapnya.

Sekadar informasi, tokoh Si Komo ini diambil dari hewan yang hanya ada di Indonesia, yakni Komodo. Dalam ceritanya Si Komo ditemani oleh tokoh lain seperti, Belu si bebek lucu, Dompu si domba putih, Piko si sapi, Ulil si ulat kecil, dan Cendi si burung cendrawasih.

Komodo berkurang di Flores

Komodo/Wikimedia Commons/Aldoarianto.87

Ramang Isaka, Kepala Seksi Pengelolaan Balai TNK di Pulau Padar pernah berkata, sejak tahun 2000, populasi komodo di Pulau Padar tidak ditemukan lagi. Indikasi tersebut dilihat dari tidak ditemukannya kotoran komodo di Pulau Padar.

“Komodo di Pulau Padar sudah punah total," kata Ramang dilansir dari Kompas.com.

Populasi komodo menyusut sebab diduga kuat marak aksi perburuan liar seperti rusa dan babi sebagai makanan utama komodo. Selain itu perubahan lingkungan akibat pembakaran liar dituding sebagai penyebab punahnya komodo.

Antara tahun 1980-1990-an, populasi komodo di Pulau Padar masih bisa ditemukan. Namun dengan berjalannya waktu, ruang gerak komodo terjepit. Hutan di kawasan tersebut banyak dibakar.

Saat itu, jumlah Komodo yang masih hidup diperkirakan 2.500 ekor yang tersebar di Pulau Komodo, Pulau Rinca serta Pulau Gili Motang.

Sekadar diketahui, komodo hanya dapat bertahan hidup di lokasi yang memiliki ketersediaan air yang cukup, tempat berlindungnya aman, banyak pohon rimbun serta makanan berlimpah.

Sekarang? Proyek perumahan dan pembangunan yang masif, bisa mengancam habitatnya. Salah? Tentu tidak. Namun yang perlu diperhatikan, ada aturan yang mesti dipegang oleh pemerintah terkait tertib konservasi demi kelangsungan hidup komodo.

Gregorius Afioma, peneliti dari Sunspirit for Justice and Peace yang berbasis di Labuan Bajo mengaku, izin yang diberikan KLHK untuk pembangunan sarana pariwisata di Pulau Rinca dan Padar, bertolak belakang dengan fakta di lapangan.

"Misalnya, di beberapa kawasan itu (ada plang dari KLHK) Keep Silent (Tenang). Artinya, suara pun diperhitungkan di dalam kawasan konservasi. Di satu pihak truk masuk, eksavator masuk, beberapa hari helikopter terbang terus ke Padar."

"Nah, justru itu yang kita lihat di mana sebenarnya yang mau mereka ajarkan ke kita tentang konservasi ini. Mereka yang mengajarkan, mereka yang membatalkan," kata Afi, sapaan Gregorius Afioma dikutip dari BBC News Indonesia, Senin (26/10) lalu.

Menurut Afi, lokasi pembangunan Jurassic Park adalah tempat biasa Komodo berjemur di pagi hari. "Yang bagian atas itu tempat berjemur Komodo, atau di landscape itu biasa Komodo melintas, atau binatang lain seperti rusa, kerbau liar, babi hutan. Di bagian bakau, sering ada monyet di situ, juga ular," katanya.

"Kalau tujuannya baik, itu prosesnya juga harus baik, bagimana kita bisa percaya bahwa ini adalah tujuan yang baik, ketika prosesnya sudah mengkhianati tujuannya."

Afi juga mempertanyakan penutupan kawasan Loh Buaya, lokasi pembangunan Jurassic Park. Menurutnya publik akan sulit mengetahui nasib habitat satwa selama pembangunan berlangsung.

Proyek besar di tempat lahir komodo

Komodo dan truk/Twitter @kawanBaikKomodo

Sekadar diketahui, pulau habitat komodo akan disulap besar-besaran oleh pemerintah dan investor swasta sebagai destinasi wisata premium. Pemerintah mengeklaim, proyek-proyek yang dikerjakan di TN Komodo tetap memprioritaskan aspek ekologi berkelanjutan bagi spesies komodo dan sosial bagi penduduk sekitar.

"Tujuan utama konsep ini adalah mempromosikan kesejahteraan ekonomi masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan dengan mengembangkan potensi yang ada dengan cara yang berkelanjutan," kata Menteri PUPR Basuki Hadimuljono dalam keterangan resminya. 

Pemerintah pusat menganggarkan dana sebesar Rp 69,96 miliar untuk menata kawasan Pulau Rinca yang meliputi bangunan pusat informasi, sentra suvenir, kafe, dan toilet publik.

Akan dibangun pula kantor pengelola kawasan, selfie spot, klinik, gudang, ruang terbuka publik, dan penginapan untuk peneliti. Lalu pembangunan pemandu wisata (ranger), area trekking untuk pejalan kaki dan selter pengunjung didesain melayang atau elevated agar tidak mengganggu lalu lintas komodo.

Basuki mengklaim, pembangunan infrastruktur pada setiap KSPN direncanakan secara terpadu, baik penataan kawasan, jalan, penyediaan air baku dan air bersih, pengelolaan sampah, sanitasi, serta perbaikan hunian penduduk melalui sebuah rencana induk pengembangan infrastruktur.

Secara keseluruhan untuk tahun 2020, Kementerian PUPR mengalokasikan anggaran sebesar Rp 902,47 miliar untuk mengerjakan 43 paket kegiatan infrastruktur di KSPN Labuan Bajo.

Apa itu? Yakni peningkatan kualitas layanan jalan dan jembatan, penyediaan sumber daya air, permukiman, dan perumahan. Kata Basuki, upaya meningkatkan kunjungan wisatawan ke Labuan Bajo dilakukan secara bertahap, dengan pembenahan infrastruktur yang akan menjadi prioritas.

Lima penataan Zona Waterfront dimaksud kini akan memasuki tahap lelang yang terdiri atas Zona A Bukit Pramuka, Zona B Kampung Air, Zona C Dermaga, Zona D kawasan Pantai Marina (Inaya Bay), dan Zona E Kampung Ujung.

"Sesuai arahan Presiden Joko Widodo, seluruh pembangunan infrastruktur untuk Labuan Bajo harus selesai tahun 2020. Semua desain sudah selesai, sudah mulai lelang pada Desember 2019, sehingga kegiatan konstruksi fisik dapat dimulai pada Februari-Maret dan selesai akhir Desember 2020," tandasnya.

Rekomendasi