Guru Besar UI Sebut AS Lakukan Provokasi: Tak Akui Donetsk, Tapi Akui Taiwan

| 03 Aug 2022 11:13
Guru Besar UI Sebut AS Lakukan Provokasi: Tak Akui Donetsk, Tapi Akui Taiwan
Nancy Pelosi saat tiba di Taiwan Selasa malam (Twitter Nancy Pelosi)

ERA.id - Guru Besar Hukum Internasional Universitas Indonesia (UI) Hikmahanto Juwana menilai, pemerintah Indonesia harus segera membuat pernyataan yang menyayangkan atas kunjungan Ketua Kongres AS, Nancy Pelosi ke Taiwan.

Hikmahanto memprediksi, buntut kunjungan itu sudah dapat dipastikan akan memperuncing ketegangan antara China dan AS yang dapat menganggu stabilitas keamanan kawasan. Apalagi, Presiden Xi Jin Ping telah memberi peringatan kepada Presiden Joe Biden atas kunjungan tersebut.

"Oleh karenanya Indonesia melalui Kemlu perlu membuat pernyataan yang menyayangkan (regret) kunjungan tersebut. Hal ini karena cepat atau lambat Indonesia akan terdampak oleh ketegangan antara AS dan China," kata Hikmahanto melalui keterangan tertulis, Rabu (3/8/2022).

Menurutnya, ada tiga hal yang bisa dijadikan dasar pemerintah Indoensia menyayangkan kunjungan tersebut. Pertama, AS tidak henti-hentinya melakukan provokasi di sejumlah kawasan dan terakhir di Eropa saat menyambut keinginan Ukraina untuk menjadi anggota baru NATO.

Hal ini memunculkan kekhawatiran Rusia, hingga Rusia melakukan operasi militer khusus terhadap Ukraina. Kedua, AS melakukan kebijakan luar negeri standar ganda. Sebabnya, mengakui Taiwan, tapi tak akui Donetsk.

"Di satu sisi mengecam langkah Rusia yang mengakui Luhantsk dan Donetsk yang memisahkan diri dari Ukraina, namun saat ini kunjungan Polesi seolah AS mendukung Taiwan untuk memisahkan diri dari Republik Rakyat China," katanya.

Alasan terakhir yaitu, kunjungan AS ke Taiwan dapat berdampak pada China bersekutu dengan Rusia untuk melawan kebijakan luar negeri AS yang provokatif.

"Konsekuensinya keamanan dunia akan terpengaruh. Bahkan perang di Ukraina akan berlangsung lebih lama lagi, termasuk penderitaan rakyat Ukraina," pungkasnya.

Rekomendasi