ERA.id - Asisten Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) untuk Urusan Asia Timur dan Pasifik Daniel J. Krintenbrink mengumumkan Australia segera memiliki kapal selam bertenaga nuklir berpersenjataan konvensional.
Kepemilikan kapal selam bertenaga nuklir ini dilakukan dalam kerangka Kemitraan antara Australia, Inggris dan AS (Australia-United Kingdom-United States/AUKUS Partnership).
"Kami akan memanfaatkan teknologi dan kecerdikan terbaik AS, Australia dan Inggris guna merancang kapal selam kelas baru untuk digunakan Australia dan Inggris," kata Kritenbrink dalam konferensi pers daring yang dipantau dari Jakarta, Selasa (14/3/2023) dikutip dari Antara.
Kritenbrink mengatakan kemitraan tersebut adalah untuk membantu Australia memodernisasi kapal selamnya sehingga bisa menggunakan teknologi kapal selam yang sama seperti dikerahkan negara-negara seperti India, China, Prancis, Inggris, Rusia dan AS di kawasan ini.
Kemitraan tersebut juga untuk memperkuat peluang ekonomi ketiga negara.
"Kami memperdalam kerja sama pertahanan kami untuk mengumpulkan para pelaut, tentara AL dan insinyur kami, dan untuk membangun pengurusan Australia atas teknologi ini," kata Kritenbrink.
Dia mengatakan AUKUS adalah bagian integral dari strategi AS yang diupayakan melalui komitmen nyata AS, Australia dan Inggris terhadap kawasan Indo-Pasik.
Kemitraan tersebut juga untuk memastikan stabilitas dan kemakmuran yang berkelanjutan di kawasan ini dan di seluruh dunia.
"Seperti yang Anda tahu, AS adalah negara Indo-Pasifik. Kami memiliki sejarah yang mendalam di kawasan ini," jelas Kritenbrink.
Perekonomian rakyat dalam ketahanan nasional seluruh negara Indo-Pasifik tidak dapat dipisahkan, kata dia lebih lanjut.
Oleh karena itu, kemitraan tersebut diupayakan untuk mewujudkan seluruh potensi dan kemakmuran yang dapat dicapai kawasan ini dalam puluhan tahun ke depan.
Kemitraan tersebut juga untuk memajukan strategi ketiga negara di Indo-Pasifik, bersama dengan para sekutu, mitra dan sahabat.
Kritenbrink juga menegaskan bahwa Kemitraan AUKUS diusahakan untuk mengatasi berbagai tantangan yang belum pernah ada sebelum ini.
Tantangan-tantangan tersebut termasuk invasi Rusia terhadap Ukraina, pengembangan senjata pemusnah massal dan rudal balistik oleh Korea Utara, krisis iklim dan dampaknya terhadap keamanan dan rantai pasokan global serta kerentanan di seluruh dunia.