Putra Mahkota Saudi Telepon Joe Biden, Minta Hentikan Eskalasi Militer hingga Buka Blokade Bantuan di Gaza

| 25 Oct 2023 21:10
Putra Mahkota Saudi Telepon Joe Biden, Minta Hentikan Eskalasi Militer hingga Buka Blokade Bantuan di Gaza
Putra Mahkota Saudi (Dok: Istimewa)

ERA.id - Putra Mahkota Saudi, Mohammed bin Salman, melakukan panggilan telepon dengan Presiden Amerika Serikat, Joe Biden. MBS menolak pemindahan paksa warga Palestina dan meminta gencatan senjata segera dilakukan. 

Menurut laporan Saudi Press Agency (SPA), Putra Mahkota Saudi menekankan perlunya menghentikan eskalasi militer antara pasukan Israel dan Palestina di Jalur Gaza, menegaskan penolakannya terhadap pemindahan paksa warga Palestina.

“Dalam panggilan tersebut, eskalasi militer yang saat ini terjadi di Gaza dan upaya yang dilakukan untuk mengatasi hal tersebut dibahas,” kata laporan SPA, Rabu (25/10/2023). 

Selama sambungan telepon dengan Biden, MBS menekankan "perlunya untuk segera membahas cara-cara menghentikan operasi militer yang telah merenggut nyawa orang-orang tak bersalah".

Selain itu, MBS juga menolak menargetkan warga sipil dengan cara apa pun atau menargetkan infrastruktur dan kepentingan vital yang mempengaruhi kehidupan sehari-hari mereka atau pemindahan paksa.

Ia juga menekankan perlunya ketenangan, menghentikan eskalasi, dan mencegah situasi memburuk, sehingga mempengaruhi keamanan dan stabilitas kawasan.

Putra mahkota Saudi juga menyerukan pencabutan pengepungan di Gaza dan mematuhi hukum kemanusiaan internasional serta mengizinkan masuknya bantuan ke wilayah tersebut.

Selama panggilan telepon, Biden berterima kasih kepada MBS atas “usahanya untuk mengurangi laju eskalasi dan mencegahnya meluas di wilayah tersebut.”

Israel melancarkan pemboman tanpa henti di Gaza menyusul serangan mendadak yang dilakukan oleh kelompok Palestina Hamas pada 7 Oktober, yang menyebabkan penduduk di wilayah kantong tersebut dikepung total dan diblokade terhadap makanan, bahan bakar, dan pasokan medis.

Hampir 7.200 orang tewas dalam konflik tersebut, termasuk sedikitnya 5.791 warga Palestina dan 1.400 warga Israel.

Rekomendasi