ERA.id - Jaksa Agung Texas, Ken Paxton, mengajukan gugatan terhadap perusahaan Pfizer dan produsen obat Tris Pharma atas tuduhan penipuan. Gugatan itu menuduh kedua perusahaan menyediakan obat gangguan defisit perhatian (ADHD) yang 'dipalsukan' untuk anak-anak kurang mampu di Lone Star State.
Menurut laporan NYTimes, gugatan tersebut diajukan di Pengadilan Distrik Harrison County, Texas, menuduh bahwa Pfizer dan Tris memanipulasi pengujian kendali mutu untuk obat Quillivant XR untuk mendapatkan hasil kelulusan dari pengujian yang diwajibkan berdasarkan undang-undang federal antara tahun 2012 dan 2018.
Kedua perusahaan itu sengaja mendistribusikan obat ADHD pediatrik Quallivant yang kuat kepada anak-anak di Medicaid meski kualitas obat itu dipalsukan.
"Pfizer dan Tris dengan sengaja menyembunyikan dan gagal mengungkapkan masalah Quillivant untuk menerima manfaat yang didanai pembayar pajak melalui Texas Medicaid, menipu negara dan membahayakan anak-anak," kata Paxton.
Berdasarkan tes yang sering dilakukan menunjukkan bahwa obat tersebut gagal larut sebagaimana mestinya, sebuah tanda bahwa obat tersebut tidak akan dilepaskan ke dalam tubuh seperti yang diharapkan.
Gugatan tersebut juga menuduh bahwa Pfizer, meskipun mengetahui masalah kendali mutu, membujuk program Medicaid Texas untuk menambahkan Quillivant ke dalam daftar obat pilihannya. Paxton menuduh banyak keluarga Texas mengeluh bahwa Quillivant gagal bekerja.
Pfizer awalnya menyalahkan anak-anak dan pengasuh mereka, dengan menyatakan bahwa mereka tidak mengocok obat dengan benar sebelum menggunakannya.
Dalam gugatan terpisah menuduh Tris dan CEO-nya Ketan Mehta membesar-besarkan efektivitas obat ADHD lain untuk anak-anak, Dyanavel, dan dengan demikian menipu program Texas Medicaid.
"Tris mengarahkan perwakilan penjualan mereka untuk menyampaikan pesan palsu dan menyesatkan tentang Dyanavel kepada dokter di Texas, termasuk dokter Medicaid," ujar Paxton.
"Perwakilan penjualan secara salah mengatakan kepada dokter bahwa Dyanavel bekerja jauh lebih cepat dibandingkan obat lain dan memberikan manfaat lain yang belum terbukti kepada pasien anak," sambungnya.
Gugatan tersebut bermula dari pengaduan whistleblower Tarik Ahmed, yang menjabat sebagai kepala teknologi Tris pada 2013 hingga 2017.
Quillivant dikembangkan oleh Nextwave Pharmaceuticals, sebuah perusahaan yang diakuisisi oleh Pfizer pada tahun 2012. Seperti obat lain untuk gangguan pemusatan perhatian/hiperaktivitas, obat ini mengalami kekurangan pasokan, dan tidak pernah mencapai pangsa pasar nasional yang besar.
Sebelumnya, Badan Pengawas Obat dan Makanan AS pada tahun 2017 sudah memperingatkan Tris tentang penyimpangan produksi.
Dalam laporan tahunannya untuk tahun 2022, Pfizer mengatakan pihaknya telah menerima panggilan pengadilan dari jaksa federal di Distrik Selatan New York yang berbasis di Manhattan terkait hubungannya dengan Tris dan produksi Quillivant pada tahun 2018, namun belum mendengar apa pun lebih lanjut setelah memberikan tanggapan.
Lebih lanjut, dalam setiap tuntutan hukum, yang dibuka pada hari Senin, Texas menuntut ganti rugi lebih dari 1 juta USD (Rp15 miliar), denda dan pengembalian semua dana Medicaid.
Tindakan hukum tersebut merupakan serangan terbaru dalam kampanye Jaksa Agung melawan Pfizer, yang dituduhnya melebih-lebihkan efektivitas vaksin Covid-19. Dia meluncurkan penyelidikan pada Mei lalu terhadap Pfizer dan Moderna. Tetapi kedua produsen vaksin tersebut membantah keras klaim AG.