ERA.id - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan bahwa pihaknya terpaksa memindahkan pasokan dari gudang medis WHO di Gaza selatan usai mendapat peringatan dari militer Israel. Pemindahan ini dilakukan dalam waktu kurang dari 24 jam.
Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus dalam sebuah pernyataan meminta agar Israel mencabut perintah tersebut. Tedros menekankan bahwa WHO akan mengambil tindakan apa pun untuk melindungi warga sipil.
"Kami mengimbau Israel untuk mencabut perintah tersebut, dan mengambil segala tindakan yang mungkin untuk melindungi warga sipil dan infrastruktur sipil, termasuk rumah sakit dan fasilitas kemanusiaan," katanya di X, Selasa (5/12/2023).
COGAT Israel, yang merupakan cabang dari kementerian pertahanan Israel, dalam sebuah pernyataan membantah bahwa pihaknya telah meminta WHO untuk mengevakuasi gudang dan mengatakan bahwa pihaknya telah menjelaskan hal tersebut kepada perwakilan PBB. Pernyataan itu tidak menjelaskan lebih lanjut.
Shannon Barkley dari tim WHO di wilayah pendudukan Palestina mengatakan bahwa personel WHO di Gaza mampu “menyelesaikan sebagian evakuasi gudang ke fasilitas baru.”
Ahmed Al-Mandhari, direktur regional WHO untuk Mediterania Timur, mengatakan pada pengarahan tersebut bahwa peningkatan operasi darat militer oleh Israel di Gaza selatan, khususnya di Khan Younis, kemungkinan akan memutus ribuan orang dari akses terhadap layanan kesehatan.
Para pejabat WHO mengatakan bahwa dengan banyaknya warga Gaza yang tidak dapat mengakses air bersih dan sanitasi, mereka khawatir akan wabah penyakit besar.
"WHO telah memperhatikan peningkatan penyakit menular, termasuk infeksi saluran pernafasan akut, kudis, penyakit kuning, diare dan diare berdarah," kata Al-Mandhari, dikutip Reuters.
Selain itu, Richard Brennan dari Kantor Regional WHO untuk Mediterania Timur mengatakan para pejabat kesehatan juga mengkhawatirkan Hepatitis E, yang dapat ditularkan dari orang ke orang melalui air yang terkontaminasi dan merupakan risiko khusus bagi wanita hamil.
Menurut Brennan, sektor kesehatan di Gaza telah mengalami “degradasi besar-besaran,” dengan 18 rumah sakit yang saat ini berfungsi, turun dari 36 rumah sakit sebelum perang. Perusahaan-perusahaan yang buka beroperasi jauh di bawah kapasitasnya.
"Jadi kemampuan kita merespons kebutuhan menurun, begitu pula kebutuhan yang melonjak," pungkasnya.