PM Israel Netanyahu Minta Perbatasan Rafah Mesir Ditutup, Tuding Jadi Pintu Masuk Senjata Hamas di Gaza

| 14 Jan 2024 18:25
PM Israel Netanyahu Minta Perbatasan Rafah Mesir Ditutup, Tuding Jadi Pintu Masuk Senjata Hamas di Gaza
PM Israel Benjamin Netanyahu. (Wikipedia)

ERA.id - Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu meminta perbatasan Rafah antara Jalur Gaza dan Mesir ditutup. Ia mengklaim bahwa gerakan Palestina Hamas telah menggunakan perbatasan tersebut untuk menyelundupkan senjata.

"Kami akan menghancurkan Hamas, kami akan mendemiliterisasi Gaza, dan peralatan militer serta senjata mematikan lainnya akan terus memasuki wilayah selatan ini, jadi tentu saja kami harus menutupnya," kata Netanyahu dikutip dari CNN.

Saat ini, Israel mengendalikan seluruh penyeberangan perbatasan Jalur Gaza (termasuk wilayah udara dan jalur maritim) selain kota Rafah di perbatasan dengan Mesir.

Sebelumnya, para pejabat Mesir memperingatkan bahwa setiap serangan Israel di zona tersebut akan dianggap sebagai pelanggaran terang-terangan terhadap perjanjian perdamaian tahun 1979.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri Mesir Ahmed Abu Zeid menekankan bahwa niat Israel untuk mengontrol perbatasan Gaza-Mesir "harus diawasi".

"Mesir sepenuhnya mengontrol perbatasannya dan mengendalikannya sepenuhnya, dan masalah ini tunduk pada perjanjian hukum dan keamanan antara negara-negara yang terlibat, sehingga setiap pembicaraan mengenai masalah ini umumnya harus diawasi dan ditanggapi dengan sikap yang dinyatakan," tegasnya dalam sebuah wawancara dengan saluran TV lokal.

Pada bulan Oktober 2023, kelompok militer Palestina Hamas melancarkan serangan rudal mendadak terhadap Israel. Sebagai tanggapan, pemerintah Israel meluncurkan operasi "Pedang Besi", memberlakukan blokade kemanusiaan menyeluruh di Jalur Gaza, dan memulai serangan tanpa pandang bulu terhadap infrastrukturnya. 

Konflik tersebut mengakibatkan kematian lebih dari 24 ribu warga Gaza dan lebih dari 1.000 warga Israel. Sistem layanan kesehatan Palestina runtuh dan lebih dari 1,9 juta warga Palestina meninggalkan rumah mereka.

Rekomendasi