ERA.id - Pemerintah kota Hiroshima dituduh melakukan standar ganda usai mengundang Israel untuk menghadiri upacara perdamaian tahunan peringatan serangan bom atom di kota tersebut.
Kritik itu datang dari penduduk kota dan aktivis perdamaian karena Rusia dan Belarus dilarang menghadiri upacara itu selama tiga tahun berturut-turut karena invasi ke Ukraina.
"Kami yakin mereka akan hadir setelah mempertimbangkan pemikiran kami dengan serius," kata seorang pejabat kota tentang undangan ke Israel, dikutip Kyodo News, Selasa (9/7/2024).
Hiroshima mengumumkan bahwa Tel Aviv telah menyatakan niatnya untuk menghadiri upacara perdamaian tahunan tersebut, sehingga menambah jumlah negara yang dijadwalkan untuk ambil bagian menjadi 115 negara. Jumlah negara yang hadir tahun ini meningkat dari rekor sebelumnya yaitu 111 negara dan Uni Eropa pada tahun 2023.
Undangan kepada Israel, yang secara luas dianggap sebagai negara bersenjata nuklir, termasuk seruan untuk segera melakukan gencatan senjata di Gaza, yang semakin menuai penolakan internasional.
Di antara negara-negara kekuatan nuklir, Inggris dan Prancis berencana untuk hadir, dan pengaturan sedang dibuat untuk AS, yang menjatuhkan bom nuklir di Hiroshima dan Nagasaki masing-masing pada 6 Agustus dan 9 Agustus 1945.
Dari negara-negara yang belum menandatangani Perjanjian Non-Proliferasi Senjata Nuklir, India menyatakan akan berpartisipasi, sedangkan Pakistan dan Korea Utara belum menanggapinya.
Sementara itu, pemerintah kota Nagasaki mengatakan mereka belum mengundang Israel ke upacara pada tanggal 9 Agustus di tengah perdebatan mengenai apakah mereka akan mengundang Israel untuk menghadiri upacara tersebut.
Hiroshima dan Nagasaki menjadi kota pertama yang dijatuhkan bom atom masing-masing pada 6 Agustus dan 9 Agustus 1945. Setiap tahun, delegasi dari berbagai negara dan wilayah di seluruh dunia diundang untuk menghadiri upacara perdamaian untuk mendoakan para korban dan menegaskan bahwa umat manusia tidak dapat hidup berdampingan dengan senjata nuklir.