ERA.id - Israel menyatakan bersedia membuka perbatasan Rafah antara Gaza dan Mesir. Namun pembukaan itu disertai dengan syarat mutlak untuk Hamas.
Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant mengatakan bahwa pihak Israel bersedia membuka kembali perbatasan Rafah tanpa mengizinkan Hamas kembali ke wilayah tersebut. Hal ini menjadi salah satu syarat mutlak yang diajukan oleh Israel setelah bertemu dengan utusan AS Brett McGruk.
"Israel ingin melihat penyeberangan Rafah dibuka kembali, namun tidak akan mentolerir kembalinya Hamas ke wilayah tersebut," kata Gallant, tanpa memberikan rincian lebih lanjut, dikutip Anadolu, Kamis (11/7/2024).
Selama pertemuan itu, Gallant dan McGruk juga membahas soal pentingnya memanfaatkan kesempatan untuk mencapai kesepakatan mengenai pengembalian sandera yang ditahan oleh Hamas di Gaza.
Pada awal Mei, tentara Israel menguasai penyeberangan Rafah di sisi Palestina di perbatasan dengan Mesir sebagai bagian dari operasi militer skala besar, yang mengakibatkan korban sipil dan penangguhan pengiriman bantuan kemanusiaan.
"Diperlukan solusi yang akan menghentikan upaya penyelundupan dan akan memutus potensi pasokan untuk Hamas, dan akan memungkinkan penarikan pasukan IDF (tentara) dari koridor tersebut, sebagai bagian dari kerangka pembebasan sandera," jelasnya.
Sembilan bulan setelah perang Israel, sebagian besar wilayah Gaza hancur akibat blokade makanan, air bersih, dan obat-obatan yang melumpuhkan.
Israel dituduh melakukan genosida di Mahkamah Internasional, yang keputusan terbarunya memerintahkan Israel untuk segera menghentikan operasi militernya di kota selatan Rafah, tempat lebih dari satu juta warga Palestina mencari perlindungan dari perang sebelum negara itu diserbu pada 6 Mei.