ERA.id - Kepolisian Malaysia menyerbu puluhan penampungan amal di dua negara bagian menyusul kasus pelecehan anak di panti asuhan. Ratusan orang diamankan, termasuk guru dan pengasuh Muslim.
"Penyidik berusaha untuk melakukan penggerebekan dan penangkapan lebih lanjut saat penyelidikan terhadap organisasi yang disebut Global Ikhwan Services and Business (GISB) berlanjut," kata inspektur jenderal polisi Razarudin Husain, dikutip AFP, Jumat (13/9/2024).
Dari hasil penggerebekan 20 penampungan amal itu, 171 tersangka termasuk guru dan pengasuh Islam ditangkap oleh pihak kepolisian. Sedangkan anak-anak di bawah umur yang berhasil diselamatkan mencapai 400 anak dan remaja.
Kepolisian menduga bahwa para korban berusia satu hingga 17 tahun, yang menjadi sasaran serangan seksual dan fisik. Mereka juga menduga para korban dipaksa oleh staf panti jompo untuk saling melecehkan.
"Investigasi dan pemeriksaan kesehatan sejauh ini menunjukkan bahwa sedikitnya 13 anak di bawah umur telah mengalami pelecehan seksual," ujar Razarudin.
"Anak-anak tersebut, yang sementara ditempatkan di pusat pelatihan polisi di Kuala Lumpur dan beberapa lokasi lainnya, masih menjalani pemeriksaan medis," tambah kepala polisi tersebut.
Razarudin sebelumnya mengatakan bahwa anak-anak berusia lima tahun dibakar dengan menggunakan sendok panas. Sedangkan yang lainnya yang sakit tidak diizinkan untuk mendapat perawatan medis sampai kondisi mereka kritis.
"Para pengasuh juga menyentuh tubuh anak-anak tersebut seolah-olah untuk melakukan pemeriksaan medis," katanya.
GISB bantah lakukan pelecehan anak
Meski demikian, GISB membantah tuduhan tersebut dan mengatakan mereka tidak mengelola panti jompo tersebut. Menurut GISB, hal-hal yang bertentangan dengan hukum dan Islam bukan kebijakan mereka.
"Bukan kebijakan kami untuk melakukan hal-hal yang bertentangan dengan Islam dan hukum," kata GISB.
Diketahui, GISB telah lama menjadi kontroversi karena hubungannya dengan sekte Al-Arqam, yang sudah dibubarkan. Al-Arqam dilarang oleh pihak berwenang pada tahun 1994 karena ajarannya yang menyimpang.
Sementara itu, anggota GISB pada tahun 2011 mendirikan 'Klub Istri Taat' yang mengajak para wanita untuk menjadi 'pelacur di ranjang' dengan alasan agar suami mereka tidak selingkuh.
Menurut situs webnya, GISB menjalankan berbagai bisnis mulai dari supermarket hingga restoran, dan beroperasi di beberapa negara termasuk Indonesia, Prancis, dan Inggris.
Polisi meyakini korban anggota GISB
Polisi yakin bahwa anak-anak di bawah umur di panti jompo tersebut semuanya adalah anak-anak anggota GISB.
"Kami yakin bahwa ke-402 anak tersebut adalah anak dari anggota GISB. Itulah dugaan kami saat ini. Kami merasa bahwa sampel DNA perlu diambil," jelas Razarudin.
Otoritas agama Islam di negara bagian Selangor, Malaysia, mengatakan minggu ini bahwa mereka memantau dengan saksama kegiatan GISB.
"(Kami) tetap waspada terhadap fakta apa pun yang mengarah pada penyimpangan dari ajaran Islam yang benar," kata mereka.
Diketahui, negara multietnis ini memiliki sistem hukum dua jalur dengan Muslim yang tunduk pada hukum syariah di wilayah tertentu. Sementara, badan anak-anak PBB telah menggarisbawahi 'kengerian yang tak terbayangkan' yang dihadapi oleh para korban.
"Anak-anak ini telah mengalami kengerian yang tak terbayangkan dan akan membutuhkan dukungan medis dan psikososial profesional jangka panjang," kata Robert Gass, perwakilan Malaysia untuk UNICEF.