Denda Warga Tak Pakai Masker, Polisi India Kantongi Miliaran

| 03 Aug 2020 12:23
Denda Warga Tak Pakai Masker, Polisi India Kantongi Miliaran
Polisi lalu lintas India memakai masker saat bertugas (Switch India NGO)

ERA.id - Baru satu bulan sejak India mencabut aturan lockdown pertengahan Juni lalu, polisi New Delhi telah menghukum 66.181 warga India karena tidak memakai masker di tempat umum.

Menurut laporan DW pada Jumat (31/7/2020), dengan kasus positif COVID-19 menembus angka 1,5 juta dalam waktu empat bulan, jumlah pelanggaran terhadap protokol kesehatan juga meroket.

Menurut data kepolisian Delhi, total mereka menerima 529.605 dolar (Rp7,69 miliar) hanya dari denda pelanggaran protokol kesehatan.

Staf kepolisian di kota Bengaluru juga melaporkan angka yang serupa. Setidaknya 47.000 orang didenda hingga Rp1,71 miliar tiga puluh hari pasca India memulai fase pelonggaran karantina wilayah.

Dalam pidatonya Juni lalu, Perdana Menteri India Narendra Modi telah mengingatkan warganya untuk tidak "asal-asalan" selama dicabutnya pembatasan sosial.

"Kita telah bersikap asal-asalan. Kita menjaga jarak dan memakai masker saat lockdown diberlakukan," kata Modi, seperti dikutip DW. "Namun, saat ini ketika membutuhkan perilaku tersebut, kita justru tidak mengikuti protokol yang diperlukan."

Banyak pihak menilai bahwa agama dan spiritualitas, dua hal yang menjadi bagian penting dalam kehidupan warga India, menimbulkan persepsi bahwa para dewa dan perilaku beragama akan melindungi para warga dari virus korona. Lebih-lebih, paham tersebut membuat mereka merasa tidak perlu memakai masker. Banyak orang tetap pergi ke tempat-tempat keagamaan untuk beribadah dan berkumpul hingga membuat Kementerian Kesehatan India khawatir akan munculnya klaster persebaran baru.

Kuil Tirumala Tirupati di Andhra Pradesh baru-baru ini terus ditekan untuk membatasi jumlah peziarah yang bisa memasuki situs tersebut. Beberapa bahkan meminta situs tersebut ditutup setelah meroketnya jumlah kasus positif COVID-19 akhir-akhir ini.

"Sekitar 9 ribu - 10 ribu peziarah datang ke kuil ini setiap hari sejak tempat ini dibuka kembali untuk publik," kata Bhanu Prakash Reddy, anggota partai Bharatiya Janata Party (BJP) dan pengelola kuil tersebut.

Sejak pembukaan kuil tersebut Juni lalu, 167 anggota staf kuil dan 17 imam ditemukan positif terinfeksi COVID-19. Juli lalu, mantan imam kepala kuil tersebut meninggal karena komplikasi yang diperparah oleh infeksi virus korona.

Saat ini, kata Reddy, petinggi kuil telah mencoba meningkatkan pengamanan kepada para staf dan pengunjung. "Kami memberi masker pada para staf, dan para peziarah diwajibkan memakai masker saat mereka memasuki kuil."

Reddy sendiri mengaku bahwa ia ingin menutup kuil tersebut, namun ia juga ingin agar ritual harian keagamaan tetap dilaksanakan.

"Bagi para dewa, kami harus terus melaksanakan ritual kami. Hal ini sudah dijalankan selama ribuan tahun. Ritual sifatnya wajib," kata dia, sembari menambahkan bahwa para imam yang terinfeksi COVID-19 saat ini kesehatannya semakin pulih.

Reddy baru-baru ini telah mengirim surat ke pemerintah negara bagian yang isinya meminta adanya pembatasan sementara bagi aktivitas peziarahan. Namun, para pengelola menolak menutup tempat tersebut, mengakibatkan perseteruan antar warga mengenai resiko kesehatan yang ditimbulkan.

Kasus positif virus korona di India meroket dari hanya 691 pada bulan Maret menjadi 1,5 juta pada pertengahan Juni lalu. Dikarenakan padatnya populasi India, 464 jiwa per kilometer persegi, penjarakan sosial pun sulit dilakukan.

Rekomendasi