ERA.id - Otoritas Lebanon mengatakan amonium nitrat ditengarai menjadi penyebab setidaknya satu ledakan yang menewaskan 78 orang dan melukai 4.000 orang di Beirut, Lebanon, Selasa (4/8/2020) sore waktu setempat.
Sebagian besar gedung di pelabuhan Beirut rata dengan tanah, sementara beberapa dinding bangunan di area lain di Ibukota Lebanon retak-retak setelah terjadi ledakan berkekuatan 3,5 magnitude, menurut pusat geosains Jerman GFZ, dari tepi pantai Beirut. Awan tebal berwarna merah membumbung ke angkasa.
Stunning video shows explosions just minutes ago at Beirut port pic.twitter.com/ZjltF0VcTr
— Borzou Daragahi 🖊🗒 (@borzou) August 4, 2020
Suara ledakan dikabarkan terdengar hingga Siprus yang berjarak 200 kilometer dari pusat ledakan.
Kerusakan parah langsung memperparah keadaan kota yang sebelumnya sudah bergulat melawan pandemi virus korona dan krisis ekonomi. Ambulans mengantar orang-orang yang terluka. Rumah-rumah sakit dengan cepat terisi dan kehabisan stok darah, seperti diberitakan oleh Associated Press.
Perdana Menteri Lebanon Hassan Diab mengaku "bencana" Selasa kemarin diakibatkan oleh 2.700 ton amonium nitrat, material yang bisa digunakan sebagai bahan pembuatan pupuk dan bahan peledak.
Saksi mata melaporkan kepulan asap berwarna oranye yang biasanya terjadi akibat reaksi kimiawi antara gas beracun nitrogen dioksida dengan udara, sesuatu yang bisa dihasilkan akibat ledakan dari bahan nitrat.
Ledakan ini terjadi ketika saat ada ketegangan antara Israel dan kelompok militer Hezbollah yang mendiami tepi selatan Lebanon. Banyak warga mengaku mendengar dengung pesawat yang melintas beberapa saat sebelum ledakan terjadi, hingga menciptakan rumor bahwa ledakan tersebut adalah serangan militer.
Seorang pejabat Israel yang tidak mau disebut namanya dikutip AP mengatakan bahwa ledakan tersebut "tidak ada sangkut pautnya" dengan negara mereka.
Historically - this is the strongest and most catastrophic explosion to hit the capital of #Lebanon - Beirut.
I remember PM Rafic Hariri's assassination in Beirut - the damage, I also remember the 2006 war in Lebanon and the sound of airstrikes and damage. Today was worse. pic.twitter.com/n5NdFKpkak
— Luna Safwan - لونا صفوان (@LunaSafwan) August 4, 2020
Koran The Guardian melaporkan bahwa peristiwa ledakan di Beirut Selasa kemarin mirip dengan meledaknya sebuah bangunan di Tianjin, sebuah kota pelabuhan 70 mil arah barat daya dari ibukota Beijing di China.
Pada tanggal 12 Agustus 2015 itu rentetan ledakan dahsyat mengguncang area gudang yang menyimpan material kimiawi berbahaya, termasuk sodium sianida dan potasium nitrat.
Pemerintah China mengatakan bahwa ledakan kala itu dipicu oleh cuaca panas yang mengakibatkan komponen mudah terbakar bernama nitroselulosa untuk terbakar seketika. Tempat penyimpanan amonium nitrat di dekat gudang tersebut lantas ikut terbakar dan meledak.
Menteri Kesehatan Lebanon Hassan Hamad mengatakan setidaknya lebih dari 70 orang tewas dan lebih dari 3.000 orang terluka. Tim kedaruratan dari kota lain ikut membantu menanggulangi bencana di Beirut. Bantuan juga mengalir dari negara-negara Arab dan mitra Lebanon lainnya.