ERA.id - Badan Kesehatan Dunia (WHO) memprediksi imunisasi COVID-19 dalam skala besar belum akan terjadi sebelum pertengahan tahun 2021. Badan PBB tersebut menggarisbawahi perlunya evaluasi yang teliti atas efektivitas dan keamanan produk vaksin yang akan diberikan pada masyarakat.
"Kami rasa imunisasi (COVID-19) dalam skala besar baru akan terjadi pertengahan tahun depan," kata juru bicara WHO Margaret Harris dalam sebuah konferensi pers di Jenewa, Swiss, Jumat (4/9/2020).
"Uji klinis fase 3 perlu berjalan lebih lama karena kami perlu memastikan tingkat proteksi yang diberikan vaksin ini dan seberapa aman penggunaannya," katanya.
Hal ini disampaikan di tengah tudingan dari pakar kesehatan bahwa di sejumlah negara, proses uji klinis vaksin COVID-19 rentan disetir oleh keperluan politik setempat.
Baru-baru ini, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat meminta negara-negara bagian dan teritori AS untuk bersiap mendistribusikan vaksin COVID-19 paling cepat pada bulan November 2020. Padahal, seperti dilansir Associated Press, rangkaian uji klinis dari vaksin COVID-19 eksperimental di AS masih dalam tahap perekrutan relawan.
"Ini lebih terlihat seperti aksi nekat daripada sebuah kehati-hatian otoritas kesehatan," kata Peter Hotez, dekan Fakultas Pengobatan Tropis dari Baylor University.
Rusia juga menghebohkan dunia medis karena mengaku menemukan vaksin COVID-19 pertama dunia, Sputnik V. Disampaikan oleh Vladimir Putin dalam sebuah rapat kabinet, (11/8/2020),
Sputnik V sudah melalui seluruh tahapan yang diperlukan. Namun, klaim ini dipertanyakan banyak pihak karena saat itu uji klinis tahap 3 dari si vaksin belum dirilis ke basis data medis internasional. Baru pada Jumat lalu, data uji klinis tahap 1 dan 2 Sputnik V dipublikasikan di jurnal kedokteran Lancet. Vaksin buatan Gamaleya Institute di Moskow itu dikatakan berhasil membangun respon antibodi pada seluruh 76 relawan uji klinis.
Saat ini ada lebih dari 170 tim riset pengembang vaksin COVID-19 yang diawasi oleh WHO, seperti ditunjukkan basis data The Guardian. Dari jumlah itu ada 9 kandidat vaksin yang sedang menjalani uji klinis terakhir. Di antaranya adalah vaksin dari AstraZeneca, CanSino Biologics, BioNTech, Sinopharm, Moderna, dan Sinovac.