Donald Trump Diprediksi Masih Bisa Menang Pilpres

| 23 Oct 2020 07:37
Donald Trump Diprediksi Masih Bisa Menang Pilpres
Ilustrasi: Meski kalah dari pesaingnya dari Partai Demokrat, Joe Biden, petahana Presiden AS Donald Trump masih bisa menang pilpres AS lewat electoral college. (Foto: Gage Skidmore/Flickr)

ERA.id - Donald Trump diperkirakan masih bisa memenangi mayoritas suara elektoral dalam pemilihan presiden Amerika Serikat tahun ini, kata CEO grup konsultan G.M. Hillman & Associates Gracia Hillman.

"Iya itu mungkin, Trump mendapatkan mayoritas atau hasil maksimal suara elektoral dalam pemilihan presiden Amerika Serikat tahun ini," ujar Gracia Hillman dalam sesi wawancara kepada media di Jakarta, Kamis (22/10/2020), seperti dilansir ANTARA.

Namun, ia memperkirakan selisih suara elektoral antara Trump dan Biden sangat tipis.

Pemilihan presiden Amerika Serikat menerapkan sistem electoral college yang tersebar di 50 negara bagian. Dengan sistem suara elektoral, calon presiden yang berhasil memenangkan suara mayoritas secara nasional (voting populer) tidak langsung menjadi pemenang. Hal itu disebabkan kemenangan kandidat calon presiden ditentukan suara elektoral.

Saat ini ada 538 elektor di lima puluh negara bagian AS dan Washington D.C. Seorang kandidat harus mendapatkan jumlah mayoritas suara elektoral, atau di atas 270 suara, untuk memenangkan pilpres di Amerika Serikat.

"Terkait sistem suara elektoral, kami tidak yakin akan mengubah sistem itu dalam Pilpres AS, karena menurut pendiri hal itu cara terbaik untuk memilih presiden," ujar dia.

Pemilu AS 2016 mengingatkan bahwa kursi presiden AS dimenangkan atau dilepaskan di negara bagian, bukan dalam pemilihan umum nasional. Sehingga meski Donald Trump kalah secara nasional dengan 2,9 juta suara (atau 2,1 persen dari total suara), ia tetap menjadi presiden karena memenangkan mayoritas suara elektoral.

Terkait korelasi antara hasil debat dan elektabilitas masing-masing kandidat, Gracia Hillman mengatakan debat calon presiden dan wakil presiden ikut mempengaruhi elektabilitas para kandidat.

"Seberapa besar pengaruhnya itu tergantung seberapa jauh para kandidat mengatasi isu yang diajukan dalam sesi debat. Jadi tergantung kepada isu dan bagaimana para kandidat menanggapi isu itu," kata Komisaris US Election Assistance Commission itu.

Debat Wakil Presiden Amerika Serikat Mike Pence dengan penantangnya dari Partai Demokrat Kamala Harris menarik 57,9 juta pemirsa televisi. Menurut data Nielsen yang dirilis Kamis (9/10), angka itumerupakan peningkatan yang cukup besar dari debat pra-pemilihan serupa pada 2016, seperti dilansir Reuters.

Debat Presiden Donald Trump pada 29 September dengan penantangnya dari Partai Demokrat Joe Biden menarik 73 juta pemirsa, yang menjadi acara terbesar kedua di televisi AS tahun ini, setelah Super Bowl.

Rekomendasi