ERA.id - Pada Senin, (14/12/2020), malam waktu Amerika Serikat, negara bagian California mengumpulkan 55 suara elektoral yang didapat Presiden-terpilih Joe Biden ke dalam agenda sertifikasi electoral college di KPU Amerika Serikat.
Dengan begitu Biden dan Wakil Presiden-terpilih Kamala Harris secara resmi mendapatkan 302 suara elektoral, atau jauh melampaui syarat minimal 270 suara elektoral untuk diakui sebagai pemenang pemilihan presiden.
Negara bagian Hawaii akan menjadi yang terakhir mengumpulkan suara elektoral mereka pada Selasa malam waktu AS.
Berikutnya, Kongres AS akan mengadakan rapat pada 6 Januari 2021 untuk meresmikan hasil Pilpres AS tersebut.
Joe Biden, berbicara pada Selasa malam, mengajak warga Amerika Serikat untuk meninggalkan isu pemilihan presiden dan memandang ke tantangan yang dihadapi negara tersebut ke depan.
"Seperti yang saya sampaikan selama kampanye, saya akan jadi presiden bagi semua warga Amerika. Saya akan bekerja keras tidak hanya bagi orang yang memilih saya, tapi juga bagi orang yang tidak memilih saya," kata Biden.
"Ada kerja yang mendesak dilakukan, yaitu mengendalikan pandemi ini segera dan segera mengimunisasi bangsa ini dari (coronavirus). Kita juga perlu memberikan bantuan ekonomi yang sangat diperlukan oleh banyak sekali warga AS yang terdampak hari ini, sehingga kita bisa membangun ekonomi kita lebih baik lagi."
Sementara itu, situasi sebaliknya terjadi di kubu Presiden Donald Trump yang mengumumkan pengunduran diri Jaksa Agung William Barr, orang yang selama ini dianggap sebagai tangan kanan Trump.
Trump selama ini berusaha mencegah kemenangan Biden dengan memaparkan kesalahan-kesalahan kecil - seperti keabsahan tanda tangan, amplop, hingga cap pos - sebagai kecurangan dalam Pilpres.
Trump juga akhir-akhir ini menghubungkan kemenangan Biden dengan isu konyol mengenai perangkat lunak buatan Venezuela, "yang dibuat oleh Hugo Chavez", meski Chavez sendiri sudah meninggal pada tahun 2013.
Barr, dalam wawancaranya dengan koran Associated Press, menyanggah klaim-klaim Trump mengenai kecurangan Pilpres.
"Ada anggapan telah terjadi kecurangan secara sistemik, dan ada klaim bahwa mesin-mesin yang digunakan telah diprogram untuk mengubah hasil pemungutan suara. Namun Departemen Keamanan Dalam Negeri dan Departemen Kehakiman, setelah meninjau hal tersebut, tidak menemukan bukti-bukti tuduhan tersebut," kata Barr.
Komentar tersebut ditengarai membuat Trump dan pendukungnya marah karena sejauh ini mereka masih belum bisa membatalkan hasil sah Pilpres AS, entah lewat pengadilan, hitung ulang, atau desakan ke pejabat-pejabat daerah dari Partai Republik pengusung Trump.
Jaksa Agung William Barr dikabarkan akan efektif meninggalkan posisinya sebelum hari Natal, demikian disampaikan Presiden Trump.