Kuliner Pemersatu Dua Bangsa Diakui UNESCO Sebagai Warisan Dunia

| 17 Dec 2020 14:45
Kuliner Pemersatu Dua Bangsa Diakui UNESCO Sebagai Warisan Dunia
Dengan tekstur rasa hambar, kuskus biasa dihidangkan bersama daging atau ikan, dilengkapi dengan buncis dan sayur-sayuran. (Foto: Joel Kwan/Flickr)

ERA.id - Dua musuh bebuyutan, Algeria dan Maroko, bisa sejenak menyingkirkan perbedaan mereka untuk merayakan momen ketika kuliner kuskus (couscous) diakui UNESCO sebagai warisan budaya tak benda (intangible).

Dua negara Afrika Utara tersebut, bersama Tunisia dan Mauritania, pada Maret 2019 telah mengumpulkan petisi agar makanan khas etnis Berber ini dimasukkan ke daftar UNESCO yang berisi praktik kultur khas dari seluruh dunia tersebut.

"Kuskus hadir di setiap aktivitas sosial dan kultural, sehingga makanan ini adalah makanan sehari-hari, tapi juga spesial," demikian ditulis dalam pernyataan bersama keempat negara.

"Sehari-hari karena ia banyak mengisi kehidupan setiap keluarga, dan ia spesial karena perannya yang mempersatukan dan mendamaikan dalam setiap acara ramah-tamah."

Kuskus sendiri memiliki rasa yang hambar. Oleh karena itu, ia biasa disajikan dengan daging atau ikan, sate, buncis, dan sayur-sayuran.

Berbicara kepada media Al Jazeera, seorang pemilik restoran Maroko, Hicham Hazzoum, mengaku bahagia ketika kuskus diakui UNESCO sebagai warisan dunia.

"Saya rasa hanya kami negara Arab yang paling menghargai makanan ini," kata dia. "Sulit dibayangkan bila hari Jumat dilalui tanpa menyantap kuskus."

"Orang Maroko sangat suka kuskus, dan bahkan anak-anaknya pun suka. Itulah mengapa kecintaan pada kuskus tak akan pernah mati."

Di kawasan Afrika Utara, kuskus, yang juga dikenal dengan nama Seksu, Kusksi, dan Kseksu, bisa dianggap setara dengan nasi atau mie dalam kuliner Asia. Kuskus adalah makanan wajib yang melengkapi lauk pauk.

Pernyataan UNESCO pada Rabu, (16/12/2020) memberikan kebanggaan tersendiri bagi keempat warga tersebut. Badan pemerhati budaya dan pendidikan yang berpusat di Paris itu menyebut keempat negara memiliki "pengetahuan, cara pembuatan, dan praktik konsumsi kuskus."

"Laki-laki dan perempuan, tua dan muda, menetap atau nomadik, di komunitas terpencil atau tengah kota,, hingga para imigran pun, mereka semuanya merasa saling memiliki elemen ini. Kuskus menjadi ekspresi atas hidup dalam kebersamaan."

"

 

 

Rekomendasi