ERA.id - Produk mi instan asal Indonesia, Indomie, menjadi salah satu penyebab tingginya angka kehamilan remaja di Ghana. Kabar ini menjadi heboh dan diberitakan media-media di negara tersebut. Bahkan di Indonesia, kabar kehamilan yang meningkat karena Indomie ini menjadi viral.
Dilansir media setempat, Pulse, dalam penelitian terbaru yang dilakukan Star Ghana Foundation yang kemudian dipresentasikan dalam acara National Dialogue, dan hubungannya dengan kekerasan gender di masa pandemi. Disebutkan bahwa banyak wanita yang rela menukar tubuhnya untuk Indomie.
Dalam penelitian itu, mereka menemukan bahwa Indomie, uang digital, dan sosial media, menjadi penyebab tingginya kehamilan remaja di Ghana. Penelitian ini juga bertujuan untuk mengidentifikasi, berbagi, dan memberi solusi atas kerentanan perempuan yang berkelanjutan di Ghana.
Konsultan Star Ghana Foundation, Bashiratu Jamal mengungkapkan siswa perempuan yang terus-menerus tinggal di rumah juga menjadi penyebab remaja hamil. Alasannya karena sekolah ditutup akibat pandemi COVID-19 di negara tersebut.
Selain itu, penyebab banyak gadis remaja yang rela berhubungan intim di Ghana juga karena alasan meminjam ponsel pria demi selfie dan mengunggahnya di media sosial.
Yang tak kalah mengejutkan, banyak gadis remaja merelakan tubuh mereka untuk pria, selama lawan jenisnya mau membelikan mereka Indomie di malam hari. Sementara beberapa remaja lainnya, lebih suka dikirim uang meski jumlahnya sangat sedikit. Hal inilah yang membuat tingginya tingkat kehamilan remaja di sana.
Akhirnya, mereka berharap bahwa pemerintah dan organisasi lainnya bisa mencari cara dan solusi untuk menghentikan fenomena ini.
Sebelumnya, Menteri Wilayah Utara di Ghana, Salifu Saeed mengungkapkan kalau siswa perempuan terus-menerus di rumah, maka mereka berpeluang hamil muda. Semua itu dikarenakan COVID-19 yang berimbas ditutupnya sekolah.
Salifu Saeed mengaku, tuntutan sosial ekonomi para siswi membuat orang tua tidak mungkin menghabiskan banyak waktu dengan anaknya. Orang tua juga bahkan diakuinya tidak dapat menjamin bahwa anak mereka akan makan tiga kali sehari.
Dia mengumumkan hal ini selama fase kedua disinfeksi dan pengasapan nasional di pasar dan tempat umum pada 27 Juli 2020 di Tamale, Ghana. "Tapi jika Anda melihat pasar kami mulai dari Makola, Agbogbloshie, Tamale, Bimbila, Walewale hingga Navrongo, Anda akan melihat anak-anak muda yang berjualan di berbagai pasar dan ini adalah pelajar yang diekspos tanpa menggunakan masker wajah atau mempraktikkan jarak sosial."
"Para siswa ini bahkan lebih berisiko karena mereka tinggal di rumah daripada terkurung di lingkungan sekolah," katanya.
Dia menuntut warga Ghana untuk melihat masa depan anak muda sebelum membuat pernyataan penutupan sekolah tahun ini, karena mereka yang berada di sekolah disinyalir lebih terlindungi daripada berada di rumah.
"Banyak dari siswa ini lelah tinggal di rumah karena mereka baru bangun setiap pagi berkeliaran tanpa tujuan di kota dan lebih terpapar virus daripada mereka di sekolah."
"Yang menyerukan penutupan sekolah harus berpikir ulang, karena saya orang lokal sekaligus pendeta. Saya ke akar rumput, masyarakat lokal dan pasar. Saya mendapati banyak siswa di sana," tandasnya.
Presiden Nana Addo Dankwa Akufo-Addo dalam pidato negara televisi pertamanya pada hari Minggu, 15 Maret 2020, diarahkan untuk penutupan semua sekolah di negara itu sebagai bagian dari langkah-langkah untuk mengekang virus korona baru.