Miris! Warga di Nepal Nekat Jual Ginjal Demi Rumah Mewah

| 21 Dec 2020 16:35
Miris! Warga di Nepal Nekat Jual Ginjal Demi Rumah Mewah
Penduduk Hokse yang menjual ginjalnya (Daily Mail/Yallabook)

ERA.id - Jika biasanya warga di sebuah daerah memperoleh penghasil dari sumber daya alam dan membuat kerajinan tangan, beda halnya dengan penduduk di Desa Hokse di Nepal. Mereka nekat menjual ginjalnya untuk mendapatkan uang secara instan.

Tak heran jika Desa Hokse dijuluki sebagai "Lembah Ginjal". Dilansir dari Daily Mail, ada seorang ibu di Desa Hokse bernama Geeta menceritakan bagaimana mereka sampai menjual ginjalnya untuk uang bahkan hingga membeli rumah mewah.

"Hampir semua penduduk Nokse telah menjual ginjalnya," kata Geeta.

Mereka menjual ginjalnya dengan harga 1.300 poundsterling (sekitar Rp235 juta) melalui calo yang sering mengunjungi desanya. Hasil dari jual ginjal itu, membuat sebagian besar penduduk Hokse membeli tanah, kemudian membangun rumah.

Geeta sendiri sudah menghabiskan sejumlah uangnya untuk membeli tanah 12 mil di sebelah timur Khatmandu. Sisanya, dipakai membangun rumah. Namun, sialnya pada 2015, gempa bumi berkekuatan 7,8 Skala Richter mengguncang Nepal. Sebagian besar rumah di Hokse hancur, sementara mereka telah menjual satu ginjalnya.

Menurut Geeta, ia menjual ginjal setelah termakan rayuan adiknya. Kata adiknya, manusia hanya membutuhkan satu ginjal. Tak hanya Geeta, hampir kebanyakan penduduk desa juga tergoda dengan bujukan itu demi mendapatkan rumah.

Para penduduk Hokse yang nekat kemudian dipertemukan dengan seorang penadah yang disebut dengan perantara organ di Nepal. Karena banyak yang tergiur, para penyelundup menargetkan Hokse sebagai ladang dengan ginjal yang siap dipanen kapan saja, dengan modal rayuan uang.

Para penadah ginjal mengandalkan sejumlah trik dan taktik yang licik. Salah satunya adalah memberi tahu mereka bahwa manusia hanya butuh satu ginjal untuk bertahan hidup.

Selain itu, masyarakat juga didoktrin dengan kalimat: ginjal yang sudah dipanen akan tumbuh kembali, selama itu mereka bisa hidup dengan satu ginjal saja.

"Selama puluhan tahun, orang-orang datang ke kampung sini dan meyakinkan kami untuk menjual ginjal kami, awalnya saya menyatakan tidak," kata Geeta.

Keyakinan awalnya goyah, setelah diiming-imingi rumah impian. "Aku menginginkan rumahku sendiri, dan sebidang tanah untuh hidup bersama anak-anakku, aku benar-benar membutuhkannya," katanya.

Setelahnya, Geeta ke India untuk ikut operasi yang hanya memakan waktu satu jam. Usai operasi, biasanya korban akan dirawat selama 3 minggu. Kini apa mau dikata. 25 April 2015 silam sebuah gempa menghancurkan Nepal, dengan menewaskan 8.800 dan melukasi 23.000 jiwa.

Kondisi itu membuat banyak penduduk yang frustasi mulai menjadi pemabuk untuk menghilangkan kesedihannya. Bak buah simalakama, perlahan kesehatan mereka memburuk. Di sisi lain, banyak orang yang putus asa dengan bencana itu. Mereka yang belum menjual ginjalnya justru mulai menjual ginjalnya.

Bagi mereka yang tinggal di India Selatan perdagangan organ adalah bisnis yang besar dan hingga kini tersebut masih terus berlanjut.

Rekomendasi